LAPORAN
HASIL PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
Dosen
Pengampu: Hesty Wahyuningsih, S.Pd, M.Pd
DISUSUN
OLEH:
Nama
: DEWI NURUL ASIYAH
Program
Studi : Pendidikan Biologi
NPM : 1503001
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN TUNAS PALAPA
LAMPUNG
TENGAH
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat membuat Laporan Praktikum Biologi Umum yang bertugas untuk melengkapi tugas pada
Program Studi Pendidikan Biologi mata kuliah Biologi Umum.
Penulisan makalah
ini mengacu pada berbagai sumber seperti buku dan media elektronik lainnya
seperti internet. Selain itu, kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah
Biologi umum yaitu Ibu Hesty Wahyuningsih, S.Pd, M.Pd yang telah membimbing kami.
Dalam penulisannya
tentu masih terdapat kekurangan, oleh karena itu, kami selaku penulis memohon
adanya kritikan yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
semua.
Terbanggi Besar, 01 Desember 2016
Penulis.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR.................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................ 1
A. Latar
Belakang.............................................................................. 1
A.
Rumusan
Masalah......................................................................... 1
B.
Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................... 3
A.
Pelaksanaan Praktikum.................................................................. 3
B. Landasan Teori............................................................................. 3
C. Alat Dan
Bahan............................................................................. 5
D. Cara
Kerja..................................................................................... 5
E.
Hasil Pengamatan......................................................................... 7
F. Analisis
Data dan Pembahasan...................................................... 14
G.
Simpulan .................................................................................... 16
BAB III PENUTUP......................................................................... 17
A.
Kesimpulan................................................................................... 17
B.
Kritik dan Saran........................................................................... 18
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya semua makhluk hidup memiliki
keanekaragaman. Keanekaragaman makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya
persamaan ciri antar makhluk hidup. Keanekaragaman ada yang terjadi secara
alami dan ada juga yang terjadi secara buatan. Keanekaragaman alami merupakan
keanekaragaman yang terjadi akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap
individu dengan ligkungannya. Keanekaragaman hewan
menunjukkan berbagai variasi dalam bentuk,
struktur tubuh, warna, jumlah, dan sifat lainnya di suatu daerah. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat
terlihat dengan adanya persamaan ciri antar makhluk hidup (Putra 1994: 102).
Insekta (dalam bahasa latin, insecti = serangga).
Banyak anggota hewan ini sering kita jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu,
nyamuk, lalat, lebah, semut, capung, jangkrik, belalang,dan lebah. Ciri khususnya
adalah kakinya yang berjumlah enam. Karena itu pula sering juga disebut
hexapoda. Insekta dapat hidup diberbagai habitat , yaitu air tawar, laut, dan
daratan. Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok invertebrate yang dapat
terbang. Insekta ada yang hidup bebas dan ada yang sebagai parasit. Tubuh
insekta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen. Kaput
memiliki organ yang berkembang biak, yaitu adanya sepasang antenna, mata
majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli). Insekta memiliki organ perasa
yang disebut palpus. Insekta yang memiliki sayap pada segmen kedua dan ketiga.
Bagian abdomen insekta tidak memiliki anggota tubuh (Iskandar 2013: 56).
Serangga adalah
kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda
(dari bahasa Yunani yang berarti berkaki enam). Kajian mengenai
kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo Di
Indonesia memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Tak heran jika
beberapa jumlah spesies kelompok utama makhluk hidup
hanya ditemukan di daerah atau pulau tertentu. Dalam dunia
entomologi, pengawetan serangga
termasuk kedalam kegiatan koleksi serangga
atau insektarium. Kelimpahan jenis serangga sangat
ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan
yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya (Anonim 2013: 1).
Di alam, serangga membantu penyerbukan sekitar dua per
tiga dari total tanaman berbunga dan sekitar 400 spesies tanaman pertanian.
Serangga yang berperan dalam penyerbukan tanaman adalah kumbang, lalat, lebah,
tawon, gonteng (ordo Hymenoptera), kupu-kupu dan ngengat. Diantara serangga
tersebut, lebah yang memiliki sekitar 20.000 spesies, merupakan agen penyerbuk
paling penting. Serangga dapat dijumpai di semua daerah di atas permukaan bumi. Di darat,
laut, dan udara dapat dijumpai serangga. Mereka hidup sebagai pemakan tumbuhan,
serangga atau binatang lain, bahkan menghisap darah manusia dan mamalia.
Serangga hidup sebagai suatu keluarga besar di dalam sebuah kehidupan sosial
yang rumit, seperti yang dilakukan oleh lebah, semut dan rayap yang hidup di
dalam sebuah koloni (Johnson 1995: 211).
Manfaat serangga antara lain sebagai penyerbuk
(pollinator) andal untuk semua jenis tanaman. Di bidang pertanian serangga
berperan membantu meningkatkan produksi buah-buahan dan biji-bijian. Produksi
buah-buahan dan biji-bijian meningkat sebesar 40 % berkat bantuan serangga
dengan kualitas yang sangat bagus. Di Eropa dan Australia berkembang jasa penyewaan
koloni serangga untuk penyerbukan yang melepas kawanan lebah menjelang tanaman
berbuah. Serangga juga berperan sebagai organism perombak (dekomposer) yang
mendegradasi kayu yang tumbang, ranting, daun yang jatuh, hewan yang mati dan
sisa kotoran hewan (Jumar 2000:
112).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
itu entomologi
2. Apa
saja yang termasuk hewan insecta
3. Bagaimana
perilaku serangga di habitat asli maupun di media toples
4. Apa
saja ciri-ciri, bagian-bagian tubuh, serta manfaat serangga
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
pengertian entomologi
2. Mengetahui
jenis-jenis hewan insecta
3. Dapat
menunjukkan contoh perilaku pada hewan
4. Dapat
menggambarkan hewan lalu menyebutkan ciri-ciri, bagian-bagian tubuh, serta
manfaat serangga dalam kehidupan
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
Pelaksanaan
Praktikum
Praktikum ini dilakukan pada:
Hari/Tanggal :
Jumat, 25 November 2016
Pukul :
09.30 WIB-selesai
Tempat :
Kampus B STKIP Tunas Palapa Lam-Teng
2.2 ALAT DAN BAHAN:
1. Lup
2. Toples/Plastik
3. Penggaris
4. Pensil,
pulpen, penghapus dan kertas 1 lembar laporan sementara
5. Stopwach
6. Hewan
masing-masing kelompok
2.3 CARA ATAU
LANGKAH KERJA:
Kecoa
dan Wawung:
1. Mengamati
menggunakan lup dan menggambar hewan tersebut
2. Memberi
keterangan pada setiap bagian tubuhnya
3. Mengamati
perilaku dari setiap hewan yang dibawa selama 15 menit dan mencatat hasil
pengamatan
4. Mendeskripsikan
dan membandingkan perilaku pada setiap hewan antara berada pada media toples
dan habitat aslinya
5. Mendokumentasikan
setiap pengamatan yang dilakukan
6. Menganalisis
data yang diperoleh dan melakukan studi referensi untuk membuat simpulan
HASIL
PENGAMATAN:
No
|
Nama hewan dan
klasifikasi
|
Ciri - Ciri
|
Fakta
|
Manfaat
|
Prilaku
habidat asli Dan media
|
1
|
Kecoa
(Blaberidae Sp)
Klasifikasi:
Kingdom=
Animalia
Filum=Arthropoda
Kelas=
Insecta
Ordo=
Blattodea
Famili=
Blaberidae
|
1.
Tubuh oval dan pipih dengan ukuran 3,5 cm
2.
Memiliki warna coklat
3.
Berantena sebanyak 1 pasang berukuran 5 cm
4.
Kakinya bergerigi sebanyak 3 pasang dan memiliki 1
pasang siung dibagian belakang tubuhnya
5.
Memiliki sayap yang halus dan lucin
|
Kecoa
bisa terbang
|
1.
Bahan tes ketepatan dosis obat anti serangga
2.
Pendeksi bom
3.
Bisa sebagain alternatif makanan karena berprotein
tinggi
|
1.
Di habitat aslinya kecoa tinggal di tempat yang
hangat, lembab dan biasanya ditempat yang banyak sumber makanannya. Kecoa
melakukan aktifitas di malam hari dan suka bersembunyi ditempat gelap. Oleh
karena itu, sering muncul dari berbagai sudut seperti di ruang tamu.
2.
Pada media botol kecil perilaku kecoa sangat
aktif, gerakanya begitu cepat, dan dapat bertahan hidup lama walau hanya di
ruang yang sempit
|
2.
|
Wawung
(kumbng
tanduk = kumbang jantan)
|
1.
Berwarna hitam
2.
Memiliki tanduk
3.
Memiliki mata kecil dan bulat
4.
Berbadan licin dan halus
5.
Memiliki 3 pasang kaki
6.
Kakinya berserabut tajam
|
Wawung adalah
hewan nokturnal (aktif di malam hari)
|
Sering
dijadikan alat permainan bagi anak – anak karena bentuk dan warnanya yang
menarik
|
1.
Di habitat aslinya, wawung pada siang hari bersembunyi
dibawah batang pohon untuk menghindari predaktor. Wawung juga sering
bertarung untuk merenbutkan makanan dan untuk menarik perhatian betina.
2.
Pada media plastik, wawung hanya diam saja dan
sesekali bergerak aktif dengan cara terbang secara tiba – tiba.
|
ANALISIS
DATA DAN PEMBAHASAN:
Pada tanggal 25 November 2016 tepatnya hari Jum’at,
kami mahasiswa Pendidikan Matematika dan
Biologi melakukan penelitian yaitu dengan mengamati perilaku hewan dan lebih
khususnya “serangga”. Cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang serangga ini
disebut ENTOMOLOGI. Pada entomologi kita mengamati apa-apa saja yang dilakukan
serangga, seperti mengamati perbedaan perilaku serangga di habitat asli dan di
media yang telah kami sediakan. Selain itu kami juga mengamati serangga
tersebut melalui lup agar mengetahui bagian-bagian tubuh maupun ciri-ciri
serangga lebih jelas la gi. Data yang kami dapatkan itu kemudian akan kami
deskripsikan di analisis data kali ini.
Pada praktikum kali ini kami menggunakan metode yang
sama pada praktikum ke-1 yaitu metode pengamatan. Kali ini kami melakukan
pengamatan menggunakan lup(kaca pembesar). Objek yang kami amati adalah
berbagai jenis serangga, seperti: kecoa, nyamuk, laba-laba, lalat, wawung
maupun serangga lainnya.
Pada pengamatan kecoa, lalat, wawung dan
laba-laba, kami mengamati bentuk
tubuhnya, bagian-bagian tubuhnya, serta ciri-cirinya. Dari hasil pengamatan
tersebut, kita dapat mengetahui bahwa, sebagian serangga memiliki ciri-ciri
yang sama yaitu:
a. Memiliki
bentuk tubuh yang beruas-ruas
b. Rata-rata
memiliki jumlah kaki sebanyak 3 pasang
c. Memiliki
sayap yang biasa digunakan untuk terbang
d. Walaupun
serangga merupakan hewan yang menjijikkan tetapi memiliki manfaat yang besar
juga bagi kehidupan manusia
e. Memiliki
perilaku yang sedikit berbeda dengan habitat aslinya saat ditaruh pada media
f. Umumnya
serangga mengalami metamorfosis
sempurna, yaitu siklus hidup dengan beberapa tahapan yang
berbeda: telur, larva, pupa, dan imago.
Serangga dapat ditemukan di
mana-mana. Cara mengumpulkan serangga pun bermacam-macam, tergantung pada
maksud dan tujuannya. Jika kita bermaksud mengumpulkan serangga terbang , maka
kita harus membawa jaring atau jala udara (butterdly net). Jika kita ingin
mendapatkan kupu-kupu atau mengumpulkan ulat, pupa atau nimfa, maka kita perlu
membawa pinset atau penjepit serta tempat penyimpan sementara yang tertutup
rapat. Lain lagi, jika kita ingin mengumpulkan serangga tanah, maka kita perlu
membawa cangkul kecil serta peralatan bantu lainnya.
PEMBAHASAN:
Pengertian
kecoa
Kecoa adalah insekta dari ordo Blattodea yang kurang lebih terdiri dari 3.500
spesies dalam 6 familia. Kecoa terdapat hampir di seluruh belahan bumi, kecuali
di wilayah kutub.
Kecoa juga termasuk hewan purba. Banyak ahli yang mengatakan bahwa kecoa telah hidup di bumi 300 juta tahun yang lalu.
Kecoa juga termasuk hewan purba. Banyak ahli yang mengatakan bahwa kecoa telah hidup di bumi 300 juta tahun yang lalu.
Keberadaan kecoa sejak jaman purba itu dibuktikan dengan temuan fosil. Fosil
kecoa yang tertua diidentifikasi dari periode Carboniferous diakhir periode
Devonian sekitar 354-295 juta tahun lalu. Walau pun bentuk kecoa purba ini
lebih mirip belalang. Seandainya itu tidak cukup kuat, maka ada lagi fosil
kecoa yang mirip dengan bentuk kecoa modern. Berdasarkan uji umur, fosil ini diperkirakan
dari masa awal Cretaceous (sekitar 145-4 juta tahun lalu).Di antara spesies
yang paling terkenal adalah kecoa Amerika, Periplaneta americana, yang memiliki
panjang 3 cm, kecoa Jerman, Blattella germanica, dengan panjang ±1½ cm, dan
kecoa Asia, Blattella asahinai, dengan panjang juga sekitar 1½ cm. Kecoa sering
dianggap sebagai hama dalam bangunan, walaupun hanya sedikit dari ribuan
spesies kecoa yang termasuk dalam kategori ini.
Kecoa adalah makhluk omnivora seperti manusia.mereka memakan sesuatu yg telah
mati atau benda benda yang tidak bergerak yang kebanyakan adalah bahan bahan
organik.makanan favoritnya adalah buah dan sayuran yg telah membusuk.
Habitat
kecoa
Kecoa sering kali ditemukan di tempat tempat kotor dan jorok. Tempat tempat tersebutlah yang paling di sukai oleh kecoa.Kecoa lebih suka tinggal di daerah tropis. Karena kecoa suka dengan keadaan udara yang lembab. Tetapi di daerah sub tropis pun kecoa banyak di temukan.
Klasifikasi Kecoa.
Kecoa ini
memiliki berbagai jenis ukuran ada yang ukurannya 1,5 cm sampai 3 cm dan
jenis-jenis kecoa yang banyak dikenal oleh orang yaitu jenis kecoa amerika yang
biasa disebut dalam bahasa latin periplantae americana. Kecoa
Amerika(Periplaneta Americana)
Penampilan
a)
Panjang 28 -
44 mm.• Warnanya merah-coklat mengkilap.• Pada jantan, sayap lebih panjang
daripada tubuhnya. Pada betina, sayap hanya bertumpang tindih pada perutnya.•
Berlari (dapat terbang pada suhu yang sangat panas)
Siklus hidup
Siklus hidup
b)
Ootheca
(kantung telur) berisi 6 – 28 telur dibawa oleh betina selama beberapa hari
sebelum dikumpulkan. Terkadang saling menempel dan terkelompok-kelompok.•
Menetas dalam 1 - 2 bulan. • Anakan biasanya berkembang dalam 5 bulan, tapi
dapat pula hingga 15 bulan.
Pola hidup
Pola hidup
c)
Sering
berada di bagian dalam bangunan, saluran pipa, ruang bawah tanah, talang pipa,
dan anak tangga.• Aktif pada malam hari.• Omnivora.
Sebuah ekspedisi yang di lakukan ilmuwan Nature Conservancy dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di goa-goa kawasan karst Sangkurilang-Mangkalihat, Kalimantan Timur,menemukan kecoa yang sangat besar dan diperkirakan kecoa tersebut adalah kecoa terbesar di dunia. Kecoa tersebut berukuran 8-10 cm. Beberapa cirinya antara lain warna kulit tubuh hitam mengkilat dengan pelat kuning keemasan. hidup di goa-goa, bergerak lamban (tidak secepat gerakan serangga yang seukuran dengannya), dan hidup berpasangan.
Sebuah ekspedisi yang di lakukan ilmuwan Nature Conservancy dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di goa-goa kawasan karst Sangkurilang-Mangkalihat, Kalimantan Timur,menemukan kecoa yang sangat besar dan diperkirakan kecoa tersebut adalah kecoa terbesar di dunia. Kecoa tersebut berukuran 8-10 cm. Beberapa cirinya antara lain warna kulit tubuh hitam mengkilat dengan pelat kuning keemasan. hidup di goa-goa, bergerak lamban (tidak secepat gerakan serangga yang seukuran dengannya), dan hidup berpasangan.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Pillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Familia : Blattellidae
Genus : Periplaneta
Spesies : Periplaneta sp
Kingdom : Animalia
Pillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Familia : Blattellidae
Genus : Periplaneta
Spesies : Periplaneta sp
Siklus hidup kecoa
Kecoa mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Karena kecoa hanya mengalami 3 stedium yaitu telur, nimfa, dan
dewasa. Untuk menyelesaikan siklus hidupnya kecoa membutuhkan waktu kurang
lebih 7 bulan. Sedangkan kecoa bias hidup selama kurang lebih 1 tahun.
Kecoa memulai hidup nya dalam bentuk
telur. Telur telur kecoa berada dalam satu kapsul atau bisa di sebut ootheca.
Dalam kapsul tersebut biasanya berisi 30-40 telur. Telur-telur tersebut
biasanya di simpan di tempat yang tersembunyi sampai menetas. Tetapi ada juga
kecoa yang kapsul telurnya menempel di abodemen induknya. Telur kecoa menetas
dalam waktu 30-40 hari.
Sebuah kapsul telur yang telah
dibuahi oleh kecoa jantan akan menghasilkan nimfa. Nimfa hidup bebas dan
bergerak aktif. Nimfa yang baru keluar dari kapsul telur biasanya berwarna
putih. Seiring bertambahnya umur, warna ini akan berubah menjadi cokelat.
Seekor nimfa akan mengalami pergantian kulit beberapa kali sampai dia menjadi
dewasa. Lamanya stadium nimfa ini berkisar 5-6 bulan. Stadium dewasa
ditandai dengan adanya satap pada punggung kecoa. Sayap ini memudahkan kecoa
untuk bergerak dan berpindah tempat.
Mofologi
Secara umum Kecoa memiliki morfologi sebagai berikut :
- tubuh bulat telur dan pipih dorsoventral (gepeng)
- kepala agak tersembunyi dilengkapi :sepasang antena panjang yang berbentuk filiform yang bersegmen,dan mulut tipe pengunyah (chewing).
- bagian dada terdapat 3 kaki,2 pasang sayap,bagian luar tebal,bagian dalam berbentuk membran.
- caput melengkung ke ventro caudal di bawah sehingga mulut menonjol diantara dasar kaki pertama.
- biasanya bersayap 2 pasang jenis Blatta Orientialis betina memiliki sayap yang lebih pendek daripada jantan (tidak menutup abdomen).
- kaki disesuaikan untuk berlari
- metamorfosis tidak sempurna (telur-nimpha-dewasa),telur terbungkus ooteca 6-30 butir telur dan menetas 26-69 hari sedangkan nimpha menjadi dewasa mengalami molting sebanyak 13 kali,siklus hidup secara keseluruhan 2-21 bulan dan kecoa dewasa dapat hidup selama 3 tahun.
- Kebiasaan hidupnya,kecoa termasuk binatang malam (nocturnal) yang dapat bergerak cepat dan selalu menghindari cahaya. Bersifat omnivora memakan buku,kotoran,tinja dan dahak atau makanan dari kanji.
Jenis-jenis Kecoa :
a)
Periplaneta
americana : Ukuran tubuhnya antara 30-40 mm,warnanya merah atau kuning
kecoklatan.Punya 2 sayap yang depan mirip kulit,lentur dengan venasi yang
jelas,sayap belakang seperti selaput menutupi abdomen.antero lateral sayap atas
nampak jelas.
b)
Blatta
orientialis : Ukuran tubuhnya 22-27 mm,warna coklat tua dan hitam,sayap betina
tidak menutup abdomen/pendek.
c)
Blatta
germanica : Ukuran 12-16 mm,warna coklat muda ada dua pita gelap longitudinal
coklat gelap pada thorax.
d)
Supella
supellectillum : Ukuran tubuhnya 13 mm warna coklat muda mirip Blatta germanica
tetapi tidak ada garis pada thorax,ada pita kuning atau coklat pada sayap.
Kelebihan dari kecoa.
Salah satu kehebatan kecoa adalah
kecoa punya kecepatan bereaksi terhadap gangguan yang mengagumkan. Jadi tak
mengherankan manakala kecoa yang hendak dibunuh menghilang entah ke mana. Kecoa
memang jago meloloskan diri. Rahasianya ternyata terletak pada sistem saraf dan
sistem gerak motoriknya.Sistem sensomotorik terdapat di dua tempat.
Pertama, bagian kepala dengan dua antena sebagai
penala getaran. Kedua, bagian kaki belakang hingga perut dengan rambut-rambut
halus yang berfungsi sebagai antena.Kedua sistem sensomotorik ini bekerja
independen, sehingga bisa berfungsi baik berbarengan maupun sendiri-sendiri.
Bila salah satu sistem terganggu, sistem lain masih bisa berfungsi dengan baik.
Kalau kepalanya kita potong, kecoa masih bisa bereaksi seperti semula.
Untuk menanggapi rangsangan luar, kecoa hanya butuh waktu 15-20 milidetik. Ini ukuran yang sangat cepat. Begitu bahaya datang, hanya dalam sekejap mata pun kecoa sudah menghilang dari pandangan manusia, mencari tempat persembunyian.Kecoa juga bisa bertahan dalam 2-4 minggu tanpa kepala. Rahasianya, kecoa tidak butuh kepala untuk bernapas atau otak untuk mengontrol tubuh. Tidak ada kepala hanya sedikit mengganggu sensor dan kinerjanya. Ia bahkan tidak kehilangan darah. Persoalan utamanya tanpa kepala kecoa tak bisa makan.
Untuk menanggapi rangsangan luar, kecoa hanya butuh waktu 15-20 milidetik. Ini ukuran yang sangat cepat. Begitu bahaya datang, hanya dalam sekejap mata pun kecoa sudah menghilang dari pandangan manusia, mencari tempat persembunyian.Kecoa juga bisa bertahan dalam 2-4 minggu tanpa kepala. Rahasianya, kecoa tidak butuh kepala untuk bernapas atau otak untuk mengontrol tubuh. Tidak ada kepala hanya sedikit mengganggu sensor dan kinerjanya. Ia bahkan tidak kehilangan darah. Persoalan utamanya tanpa kepala kecoa tak bisa makan.
Sebab kecoa hanya bisa bertahan hidup selama
satu bulan tanpa makan.Kecoa juga memiliki sistem tubuh yang bisa beradaptasi
dengan lingkungan paling ekstrem. Kecoa bisa bertahan di hampir semua musim dan
iklim di permukaan bumi? Ia bisa bertahan di iklim panas yang
"membakar" atau dingin yang membeku.Kecoa juga mampu bertahan
terhadap hampir semua efek radiasi termasuk nuklir. Ketahanan kecoa 6-15 kali
dari manusia terhadap radiasi.
Hasil penelitian di bekas jatuhnya bom atom, kecoa-lah
satu-satunya mahluk yang selamat dari efek radiasi nuklir tersebut. menurut
pendapat Joe Kunkel , peneliti serangga (1981) sebuah sel cenderung lebih
rentan terhadap radiasi jika sedang membelah. Hal ini yang dipraktikkan dalam
pengobatan melawan kanker. Sel-sel kanker yang membelah lebih cepat, dibunuh’
dengan radiasi ketika proses pembelahan. Jika melihat proses pembelahan sel
pada kecoa, mereka cenderung mengalami pembelahan sekali dalam seminggu, dalam
48 jam. Oleh sebab itu, mereka jarang memiliki sel yang rentan radiasi di satu
waktu yang lama. Menurut Kunkel lagi, hal itu yang menyebabkan kecoa lebih
tahan terhadap radiasi sistem tubuh kecoa sangat bagus. Dengan cepat sistem tubuh
kecoa bisa mengantisipasi racun pembasmi serangga.
Ada fakta yang menunjukkan bahwa kecoa-kecoa yang
selamat dari insektisida akan "berdamai" dengan racun yang tersisa di
tubuhnya. Setelah berhasil menjinakkan racun itu, ia akan meneruskan kemampuan
itu dari generasi ke generasi. Inilah yang termasuk kelompok kecoa
"mutan" yang kebal terhadap racun pembasmi serangga Kecoa pernah
dipilih untuk menjadi bahan peercobaan di luar angkasa dan hasilnya kecoa itu
hidup walaupun di luar angkasa. kecoa bernama Nadezhda tersebut telah berhasil
melahirkan 30 keturunannya sejak kecoa induk itu tinggal di laboratorium luar
angkasa bernama Foton-M di Rusia pada bulan September lalu dan sempat menikmati
kehidupan di orbit. Anak anak nadezhda tumbuh lebih cepat.
Tetapi cucu dari nadezhda tumbuh normal. Ini
menunjikkan kalau atmosfer luar angkasa hanya berpengaruh sesaat pada
pertumbuhan sebuah generasi.kecoa juga termasuk spesies serangga "tahan
pukul". Jika tidak sampai hancur atau remuk, kecoa bisa menahan benturan dan
mampu bertahan hidup walau menderita luka. Memang mekanisme pertahanan akan
merespons pukulan dengan gerakan diam seolah mati, tapi setelah itu ia akan
melarikan diri.
Kecoa penyebar penyakit
Meskipun belum ada penelitian yang pasti tentang kecoa sebagai vektor penyakit tertentu, namun jika dilihat dari kebiasaan dan habitat hidupnya, kecoa sangat mungkin menularkan penyakit pada manusia. Kuman penyakit yang menempel pada tubuhnya yang dibawa dari tempat-tempat kotor akan menempel di setiap tempat yang dia hinggapi.
Cara
Mengendalikan Populasi Kecoa
1)
Jaga
sanitasi rumah.
2)
Simpan
makanan dalam wadah tertutup rapat agar tak menjadi santapan kecoa.
3)
Siram dengan
air panas telur telur kecoa
4)
Bunuh kecoa
dengan menggunakan insektisida
Taksonomi
Sistematika “kumbang kelapa” menurut Kalshoven (1981) adalah sbb:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kela : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Scarabaeidae
Genus : Oryctes
Spesies : Oryctes rhinoceros L.
Daerah Sebarannya
Menurut Bedford (1980), O. Rhinoceros merupakan hama endemik pada daerah pertanaman kelapa di Asia seperti pakistan barat, india, kepulauan maldive, ceylon, hainan, taiwan, hongkong, thailand, vietnam, malayan peninsula, indonesia dan kepulauan philipina. Di Burma hama ini mungkin masuk dari malaysia pada tahun 1895. hama ini masuk melalui introduksi tanaman kelapa dari pasifik dan samudra hindia ke daerah produksi kopra di Asia Tenggara. Pada tahun 1909 dari samoa barat ke Kepulauan Hawai. Selama perang dunia II perpindahan hama ini bertambah luas setelah adanya pesawat terbang antar wilayah. Kumbang ini masik ke Keplauan Palau tahun 1942, lalu ke Australia kemudian ke Irian Barat. Sedangkan menurut Mo (1957) bahwa penyebaran hama ini meliputi seluruh Asia Tenggara dan pulau-pulau di Pasifik Barat Daya.
Biologi
Oryctes rhinoceros L. Merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago (Suhadirman 1996).
Telur
Mo (1957) dan Anonim (1989), mengemukakan bahwa telur serangga ini berarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas.
Rata-rata fekunditas seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur, sedangkan di Australia berkisar 51 butir telur, bahkan dapat mencapai 70 butir (Bedford, 1980).
Stadium telur berkisar antara 11-13 hari, rata-rata 12 hari (Khalshoven, 1981). Sedangkan menurut suhadirman (1996), telur-telur menetas setelah 12 hari.
Larva
Larva yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva deasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala berwarna merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Stadium larva 4-5 bulan ( Suhadirman, 1996), bahkan adapula yang mencapai 2-4 bulan lamanya (Nayar, 1976). Stadium larva terdiri dari 3 instar yaitu instar I selama 11-21 hari, instar II selama 12-21 hari dan instar III selama 60-165 hari (Berdford,1980).
Pupa
Ukuran pupa lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna merah kecoklatan dengan panjang 5-8 cm yang terbungkus kokon dari tanah yang berwarna kuning. Stadia ini terdiri atas 2 fase:
Fase I : selama 1 bulan, merupakan perubahan bentuk dari larva ke pupa.
Fase II : Lamanya 3 minggu, merupakan perubahan bentuk dari pupa menjadi imago, dan masih berdiam dalam kokon (Suhadirman, 1996).
Imago
Kumbang ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas dibelakang kepala (Anonim, 1980).
Menurut Mo (1975), kumbang O.rhinoceros pada bagian atas berwarna hitam mengkilat, bagian bawah coklat merah tua. Panjangnya 3-5 cm. Tanduk kumbang jantan lebih panjang dari tanduk betina. Pada kumbang betina terdapat bulu yang tumbuh pada ujung abdomennya, sedangkan pada kumbang jantan bulu-bulu tersebut hampir tidak ditemukan.
Kumbang dewasa meninggalkan kokon pada malam hari dan terbang ke atas pohon kelapa, kemudian menyusup kedalam pucuk dan membuat lubang hingga menembus pangkal pelepah daun muda sampai di tengah pucuk dan tinggal pada lubang ini selama 5-10 hari. Bila sore hari, kumbang dewasa mencari pasangan dan kemudian kawin (Suhadirman, 1996).
Bedford (1980), mengemukakan bahwa uji laboratorium menunjukkan bahwa betina berumur 3 minggu dan jantan berumur 5 minggu dapat siap kawin, terbang dan makan pertama. Contohnya peletakkan telur dapat terjadi sebelum kumbang keluar dari sarang dimana larva itu berkembang.
Siklus hidup O. Rhinoceros di daerah pantai Padang berkisar antara 3,5-6,5 bulan dan di Bogor mencapai 8 bulan lamanya pada ketinggian 236 m dpl (Mo, 1957). Sedangkan di Australia menunjukkan bahwa jantan dapat hidup hingga 6,4 bulan dan betina 9,1 bulan lamanya sedangkan di India rata-rata lama hidup 4,7 bulan, namun iklim yang tidak mendukung atau makanan yang tidak cocok dapat menekan perkembangan hama ini hingga 14 bulan (Bedford, 1980).
Ekologi
Semua makhluk hidup dalam proses pertumbuhan dan oerkembangannya dipengaruhi oleh sebagai faktor, baik faktor luar maupun dari dalam: Iklim, musuh alami, makanan dan kegiatan manusia merupakan faktor luar yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan serangga hama (Suprapto,1978).
Lingkungan yang cocok bagi suatu serangga untuk hidup dan berkembang biak meliputi beberapa komponen antara lain makanan, iklim, organisme dari spesies yang sama maupun yang berbeda tempat dimana ia hidup ( Untung, 1993).
Perkembangan larva ini dipengaruhi oleh iklim dan keadaan gizi makanan. Pengaruh faktor-faktor ini ialah pada ukuran larva dan waktu yang diperlukan untuk mematangkan larva. Faktor-faktor fisik yang dipengaruhi perkembangan larva kumbang ini ialah suhu, kelembaban, serta intensitas cahaya. Larva tertarik pada amonia dan aseton, tetapi menghindari asam asetat (Anonim,1980).
Dalam penelitian tentang sensor fisiologi, seperti suhu, larva O. Rhinoceros tertarik pada suhu 27-29 C dan menghindari suhu yang lebih rendah. Tingkah laku larva didominasi oleh faktor cahaya, larva bergerak dipengaruhi oleh cahaya yang muncul secara tiba-tiba. Di lingkungan alami, jika larva ditempatkan pada permukaan medium perkembangbiakan larva akan cepat bergerak turun menjauhi cahaya, larva bergerak mengikuti phototaktis negatif, kemungkinan hal ini merupakan adaptasi untuk menghindar dari pemangsa. Larva tertarik pada kelembaban yang rendah (85-95%) daripada kelembaban tinggi. Mekanisme ini dapat berjalan tunggal atau kombinasi untuk menuntun larva keluar dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhan atau perkembangan (Bedford, 1980).
Tanaman Inang
Tanaman yang diserang oleh O. Rhinocheros adalah kelapa biasa, kelapa sawit, Royal palm (Roestonea regia), Latanier palm (Livistona chinensis), Talipot palm (Corypha umbraculifera) dan Raphia palm (Raphia roffia) (Bedford, 1980), selain itu dapat juga menyerang tanaman sagu, tebu, nenas dan tanaman aloe (Nayar, 1976).
Lebih lanjut Bedford (1980) mengungkapkan, bahwa O. Rhinoceros menyerang tanaman kelapa yang masih muda maupun yang sudah dewasa. Satu serangan kemungkinan bertambah serangan berikutnya. Tanaman tertentu lebih sering diserang. Tanaman yang sama dapat diserang oleh satu atau lebih kumbang sedangkan tanaman di dekatnya mungkin tidak diserang. Ditambah pula oleh Nayar (1976), bahwa dalam satu tanaman kadang-kadang ditemukan antara 5sampai 6 ekor kumbang.
Kumbang dewasa terbang ke ucuk pada malam hari, dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas pucuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, keempat, kelima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling disukai. Setelah kumbang menggerek kedalam batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun mudah yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat setelah daun membuka. Bentuk guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang kelapa Oryctes (Anonim, 1989).
Lebih lanjut Suhadirman (1996), mengemukakan bahwa bila serangan sampai merusak titik tumbuh maka kelapa tidak dapat membentuk daun baru lagi yang akhirnya mati. Luka akibat serangan O. Rhinoceros mengakibatkan terjadinya serangan sekunder dari kumbang sagu (Rhynchophorus sp.). pada serangan hebat, mengakibatkan ribuan pohon kelapa akan binasa.
Dari beberapa penelitian di daerah-daerah daat ditentukan, bahwa pohon-pohon kelapa yang tumbuh dekat pembuangan sampah, binasa sampai 60%, sedangkan 20-90% hanya dapat dirusak dengan hebat. Makin jauh dari pembuangan sampah, makin sedikit kerusakan yang diakibatkannya (Anonim, 1989).
Pengendalian
Menurut Sastrosiswojo (1983), bahwa strategi pengendalian hama berdasarkanpada tata hubungan biologik di dalam ekosistem, dalam hal ini komponen lingkungan atau agroekosistem yang beraneka ragam itu perlu dipertimbangkan. Ditambahkan pula oleh Sumarsono (1977), bahwa cara pengendalian yang baik tergantung pada pengetahuan yang tentang biologi dan ekologi, terutama hubungan serangga hama dengan tanaman inang.
Pengendalian hama terpadu merupakan tindakan yang bersifat fleksibel dalam menanggulangi hama yang menyerang tanaman. Cara dan saat perlakuan tergantung pada bebagai faktor yaitu luas serangan atau tingkat populasi dan faktor lingkungan (Anonim, 1989).
Menurut Nayar (1976) dan Kalshoven (1981), berkembangbiaknya hama ini erat kaitannya dengan kebersihan kebun, maka pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan menebang, membakar, atau membelah pohon-pohon kelapa yang mati, sarang-sarangnya dibakar sedalam 20 cm, pelepah daun kelapa dibersihkan setiap menurunkan buah, kumbang yang ditemukan dibunuh atau dicungkil keluar dari lubangnya.
Penggunaan kelapa mati yang dibiarka tegak merupakan cara yang cukup efektif untuk pengendalian hama ini. Pengendalian dengan sistem ini dapat dilakukan bersama-sama dengan pengendalian lain yaitu dengan cendawan Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes, sehingga larva yang berada dalam tegakan tersebut akan terinfeksi oleh cendawan ataupun virus (Mangoendihardjo dan Mahrub, 1989).
Selain menggunakan pengetahuan dan perilakunya, pengendalian ini juga dapat didukung dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya, Santalus parallelus dan Platymerys laevicollis merupakan predator telur dan larva O. Rhinoceros, sedangkan Agrypnus sp. Merupakan predator larva, beberapa jenis nematoda dan cendawan juga menjadi musuh alami kumbang kelapa (Nayar, 1976).
Sistematika “kumbang kelapa” menurut Kalshoven (1981) adalah sbb:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kela : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Scarabaeidae
Genus : Oryctes
Spesies : Oryctes rhinoceros L.
Daerah Sebarannya
Menurut Bedford (1980), O. Rhinoceros merupakan hama endemik pada daerah pertanaman kelapa di Asia seperti pakistan barat, india, kepulauan maldive, ceylon, hainan, taiwan, hongkong, thailand, vietnam, malayan peninsula, indonesia dan kepulauan philipina. Di Burma hama ini mungkin masuk dari malaysia pada tahun 1895. hama ini masuk melalui introduksi tanaman kelapa dari pasifik dan samudra hindia ke daerah produksi kopra di Asia Tenggara. Pada tahun 1909 dari samoa barat ke Kepulauan Hawai. Selama perang dunia II perpindahan hama ini bertambah luas setelah adanya pesawat terbang antar wilayah. Kumbang ini masik ke Keplauan Palau tahun 1942, lalu ke Australia kemudian ke Irian Barat. Sedangkan menurut Mo (1957) bahwa penyebaran hama ini meliputi seluruh Asia Tenggara dan pulau-pulau di Pasifik Barat Daya.
Biologi
Oryctes rhinoceros L. Merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago (Suhadirman 1996).
Telur
Mo (1957) dan Anonim (1989), mengemukakan bahwa telur serangga ini berarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas.
Rata-rata fekunditas seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur, sedangkan di Australia berkisar 51 butir telur, bahkan dapat mencapai 70 butir (Bedford, 1980).
Stadium telur berkisar antara 11-13 hari, rata-rata 12 hari (Khalshoven, 1981). Sedangkan menurut suhadirman (1996), telur-telur menetas setelah 12 hari.
Larva
Larva yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva deasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala berwarna merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Stadium larva 4-5 bulan ( Suhadirman, 1996), bahkan adapula yang mencapai 2-4 bulan lamanya (Nayar, 1976). Stadium larva terdiri dari 3 instar yaitu instar I selama 11-21 hari, instar II selama 12-21 hari dan instar III selama 60-165 hari (Berdford,1980).
Pupa
Ukuran pupa lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna merah kecoklatan dengan panjang 5-8 cm yang terbungkus kokon dari tanah yang berwarna kuning. Stadia ini terdiri atas 2 fase:
Fase I : selama 1 bulan, merupakan perubahan bentuk dari larva ke pupa.
Fase II : Lamanya 3 minggu, merupakan perubahan bentuk dari pupa menjadi imago, dan masih berdiam dalam kokon (Suhadirman, 1996).
Imago
Kumbang ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas dibelakang kepala (Anonim, 1980).
Menurut Mo (1975), kumbang O.rhinoceros pada bagian atas berwarna hitam mengkilat, bagian bawah coklat merah tua. Panjangnya 3-5 cm. Tanduk kumbang jantan lebih panjang dari tanduk betina. Pada kumbang betina terdapat bulu yang tumbuh pada ujung abdomennya, sedangkan pada kumbang jantan bulu-bulu tersebut hampir tidak ditemukan.
Kumbang dewasa meninggalkan kokon pada malam hari dan terbang ke atas pohon kelapa, kemudian menyusup kedalam pucuk dan membuat lubang hingga menembus pangkal pelepah daun muda sampai di tengah pucuk dan tinggal pada lubang ini selama 5-10 hari. Bila sore hari, kumbang dewasa mencari pasangan dan kemudian kawin (Suhadirman, 1996).
Bedford (1980), mengemukakan bahwa uji laboratorium menunjukkan bahwa betina berumur 3 minggu dan jantan berumur 5 minggu dapat siap kawin, terbang dan makan pertama. Contohnya peletakkan telur dapat terjadi sebelum kumbang keluar dari sarang dimana larva itu berkembang.
Siklus hidup O. Rhinoceros di daerah pantai Padang berkisar antara 3,5-6,5 bulan dan di Bogor mencapai 8 bulan lamanya pada ketinggian 236 m dpl (Mo, 1957). Sedangkan di Australia menunjukkan bahwa jantan dapat hidup hingga 6,4 bulan dan betina 9,1 bulan lamanya sedangkan di India rata-rata lama hidup 4,7 bulan, namun iklim yang tidak mendukung atau makanan yang tidak cocok dapat menekan perkembangan hama ini hingga 14 bulan (Bedford, 1980).
Ekologi
Semua makhluk hidup dalam proses pertumbuhan dan oerkembangannya dipengaruhi oleh sebagai faktor, baik faktor luar maupun dari dalam: Iklim, musuh alami, makanan dan kegiatan manusia merupakan faktor luar yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan serangga hama (Suprapto,1978).
Lingkungan yang cocok bagi suatu serangga untuk hidup dan berkembang biak meliputi beberapa komponen antara lain makanan, iklim, organisme dari spesies yang sama maupun yang berbeda tempat dimana ia hidup ( Untung, 1993).
Perkembangan larva ini dipengaruhi oleh iklim dan keadaan gizi makanan. Pengaruh faktor-faktor ini ialah pada ukuran larva dan waktu yang diperlukan untuk mematangkan larva. Faktor-faktor fisik yang dipengaruhi perkembangan larva kumbang ini ialah suhu, kelembaban, serta intensitas cahaya. Larva tertarik pada amonia dan aseton, tetapi menghindari asam asetat (Anonim,1980).
Dalam penelitian tentang sensor fisiologi, seperti suhu, larva O. Rhinoceros tertarik pada suhu 27-29 C dan menghindari suhu yang lebih rendah. Tingkah laku larva didominasi oleh faktor cahaya, larva bergerak dipengaruhi oleh cahaya yang muncul secara tiba-tiba. Di lingkungan alami, jika larva ditempatkan pada permukaan medium perkembangbiakan larva akan cepat bergerak turun menjauhi cahaya, larva bergerak mengikuti phototaktis negatif, kemungkinan hal ini merupakan adaptasi untuk menghindar dari pemangsa. Larva tertarik pada kelembaban yang rendah (85-95%) daripada kelembaban tinggi. Mekanisme ini dapat berjalan tunggal atau kombinasi untuk menuntun larva keluar dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhan atau perkembangan (Bedford, 1980).
Tanaman Inang
Tanaman yang diserang oleh O. Rhinocheros adalah kelapa biasa, kelapa sawit, Royal palm (Roestonea regia), Latanier palm (Livistona chinensis), Talipot palm (Corypha umbraculifera) dan Raphia palm (Raphia roffia) (Bedford, 1980), selain itu dapat juga menyerang tanaman sagu, tebu, nenas dan tanaman aloe (Nayar, 1976).
Lebih lanjut Bedford (1980) mengungkapkan, bahwa O. Rhinoceros menyerang tanaman kelapa yang masih muda maupun yang sudah dewasa. Satu serangan kemungkinan bertambah serangan berikutnya. Tanaman tertentu lebih sering diserang. Tanaman yang sama dapat diserang oleh satu atau lebih kumbang sedangkan tanaman di dekatnya mungkin tidak diserang. Ditambah pula oleh Nayar (1976), bahwa dalam satu tanaman kadang-kadang ditemukan antara 5sampai 6 ekor kumbang.
Kumbang dewasa terbang ke ucuk pada malam hari, dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas pucuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, keempat, kelima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling disukai. Setelah kumbang menggerek kedalam batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun mudah yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat setelah daun membuka. Bentuk guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang kelapa Oryctes (Anonim, 1989).
Lebih lanjut Suhadirman (1996), mengemukakan bahwa bila serangan sampai merusak titik tumbuh maka kelapa tidak dapat membentuk daun baru lagi yang akhirnya mati. Luka akibat serangan O. Rhinoceros mengakibatkan terjadinya serangan sekunder dari kumbang sagu (Rhynchophorus sp.). pada serangan hebat, mengakibatkan ribuan pohon kelapa akan binasa.
Dari beberapa penelitian di daerah-daerah daat ditentukan, bahwa pohon-pohon kelapa yang tumbuh dekat pembuangan sampah, binasa sampai 60%, sedangkan 20-90% hanya dapat dirusak dengan hebat. Makin jauh dari pembuangan sampah, makin sedikit kerusakan yang diakibatkannya (Anonim, 1989).
Pengendalian
Menurut Sastrosiswojo (1983), bahwa strategi pengendalian hama berdasarkanpada tata hubungan biologik di dalam ekosistem, dalam hal ini komponen lingkungan atau agroekosistem yang beraneka ragam itu perlu dipertimbangkan. Ditambahkan pula oleh Sumarsono (1977), bahwa cara pengendalian yang baik tergantung pada pengetahuan yang tentang biologi dan ekologi, terutama hubungan serangga hama dengan tanaman inang.
Pengendalian hama terpadu merupakan tindakan yang bersifat fleksibel dalam menanggulangi hama yang menyerang tanaman. Cara dan saat perlakuan tergantung pada bebagai faktor yaitu luas serangan atau tingkat populasi dan faktor lingkungan (Anonim, 1989).
Menurut Nayar (1976) dan Kalshoven (1981), berkembangbiaknya hama ini erat kaitannya dengan kebersihan kebun, maka pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan menebang, membakar, atau membelah pohon-pohon kelapa yang mati, sarang-sarangnya dibakar sedalam 20 cm, pelepah daun kelapa dibersihkan setiap menurunkan buah, kumbang yang ditemukan dibunuh atau dicungkil keluar dari lubangnya.
Penggunaan kelapa mati yang dibiarka tegak merupakan cara yang cukup efektif untuk pengendalian hama ini. Pengendalian dengan sistem ini dapat dilakukan bersama-sama dengan pengendalian lain yaitu dengan cendawan Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes, sehingga larva yang berada dalam tegakan tersebut akan terinfeksi oleh cendawan ataupun virus (Mangoendihardjo dan Mahrub, 1989).
Selain menggunakan pengetahuan dan perilakunya, pengendalian ini juga dapat didukung dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya, Santalus parallelus dan Platymerys laevicollis merupakan predator telur dan larva O. Rhinoceros, sedangkan Agrypnus sp. Merupakan predator larva, beberapa jenis nematoda dan cendawan juga menjadi musuh alami kumbang kelapa (Nayar, 1976).
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Pengertian
entomologi adalah cabang ilmu biologi yang memepelajari perilaku hewan khususnya
serangga
2. Terdapat
berbagai macam hewan insecta seperti: laba-laba, kecoa, lalat, wawung dan
lain-lain
3. Perilaku
hewan insecta(serangga) umumnya sama yaitu bisa terbang, gerakannya cepat,
sama-sama menyukai tempat yang kumuh/kotor
4. Bagian
tubuh insecta biasanya terdiri dari: kaput, toraks dan abdomen
5. Walaupun
hewan insecta terlihat menjijikkan, tetapi ternyata hewan-hewan tersebut
memiliki banyak manfaat, seperti bisa menjaadi alternatif obat maupun makanan
SARAN
1. Sebaiknya
kita tidak perlu menyakiti hewan-hewan serangga yang ada di sekitar kita,
karena jika kita bisa memanfaatkan hewan
tersebut dengan baik kita akan merasakan khasiat ampuhnya
2. Jika
sekiranya hewan tersebut menganggu, hindari dengan cara yang baik, seperti
menggunakan semprotan anti serangga dan lain-lain
3. Gunakan
serangga khusus (yang telah diternakkan) dengan baik jika ingin meggunakannya
sebagai obat
DAFTAR PUSTAKA
https://biologimapiha.blogspot.co.id/2016/06/entomologi-kecoa.html
(01 Desember 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar