Senin, 29 Oktober 2018

Laporan Genetika Cacat SYNDOM DOW



MAKALAH CACAT GENETIKA SYNDOM DOW
Dosen  : Hesty Wahyuningsih M.Pd

 




DI SUSUN OLEH :
DEWI NURUL ASIYAH
15001
IPA BIOLOGI



JURUASN IPA-BIOLOGI STKIP TUNAS PALAPA
LAMPUNG TENGAH
2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Maslah
1.3.Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Down Syndrom
2.2.Ciri-ciri Down Syndrom
2.3.Penyebab Down Syndrom
2.4.Terapi Gen (Harapan untuk Menyembuhkan Down Syndrom)
2.5.Jenis-Jenis Terapi yang Di butuhkan Penderita Down Syndrom

BAB III  PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA









KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas individu mata kuliah Genetika “Syndom Down”. Tak lupa shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan makalah ini khususnya yang menulis dan membacanya mendapatkan syafaat dari beliau di akhir zaman.
Selama penyusunan makalah ini penulis mendapatkan bantuan, dukungan serta bimbingan dari pihak lain. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih.
Dengan segala keterbatasan, penulis berharap tugas ini bermanfaat bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.


Terbanggi Besar, 23 Oktober 20018



Penulis















BAB I
PEDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tumbuh kembang merupakan proses yang terus berlanjut yang terjadi sejak kehamilan dan terus berlangsung sampai dewasa. Agar pertumbuhan dapat terjadi secara optimal perlu perhatian khusus oleh orangtua terhadap calon bayi. Masa kehamilan merupakan hal yang terpenting dalam menentukan anak yang akan lahir sehat atau tidak, hal tersebut dapat diketahui dari gizi yang dikonsumsi oleh sang ibu.
Perhatian yang lebih selama proses kehamilan seperti konsumsi gizi yang cukup, juga tidak menutup kemungkinan anak akan terlahir cacat, baik itu cacat fisik maupun mental sepeti sindrom down hal itu disebabkan oleh faktor genetik, terjadinya sindrom down ditandai dengan berlebihnya jumlah kromoson nomor 21 yang seharusnya dua buah menjadi tiga sehingga jumlah seluruh kromosom mencapai 47 buah.
Pada manusia normal jumlah kromosom sel mengandung 23 pasangan kromosom. Prevalensi kelahiran anak SD (Sindrom Down) cukup tinggi sekitar 1:700 kelahiran. Prevalensi ini akan meningkat sesuai dengan umur kehamilan ibu, resiko terjadinya kelainan kromosom pada anak 4 kali lebih besar pada ibu di atas 35 tahun, meskipun demikian 80% dari penyandang SD (Sindrom Down) masih berusia muda.

1.2.Rumsan masalah
Dalam rumusan masalah makalah ini diantaranya adalah :
1.      Megetahui Apa itu Down Syndrom ?
2.      Megetahui Penyebab Down Syndrom ?
3.      Megetahui Ciri-ciri Down Syndrom ?
4.      Megetahui Terapi Gen (Harapan untuk Menyembuhkan Down Syndrom) ?
5.      Megetahui Jenis-Jenis Terapi yang Di butuhkan Penderita Down Syndrom ?

1.3.Tujuan




BAB II
SINDROM DOWN (DOWN SYNDROM)

2.1.Pengertian Down Syndrom
Perubahan jumlah dan struktur kromosom ikaitkan dangan serius paa manusia. Ketika nondisjungsi terjadi dalam meiosis, akibatnya adalah aneuploid, terdapatnya kromosom abnormal di dalam gamet yang diproduksi, dan kemudian di dalam zigot.  Meskipun frekuensi zigot aneuploid bisa cukup tinggi pada manusia, sebagian besar membahayakan  bagi perkembangan embrio. Salah satu keadaan aneuploid adalah Sindrom Down, mengenai kira-kira 700 anak yang lahir di Amerika Serikat.  
Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Down syndrome merupakan kelainan kromosom yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas.
Menurut Dr. John Longdon Down, kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia maka sering  juga dikenal dengan Mongoloid. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali syndrome ini dengan istilah  “Down Syndrome” dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah itu.
2.2.Ciri-ciri Down Syndrom
Menurut kamus psikologi, Down Syndrom merupakan satu kerusakan atau cacat fisik bawaan yang disertai keterbelakangan mental, lidahnya tebal dan retak-retak atau terbelah, wajahnya datar ceper, dan matanya miring. Sedangkan menurut penelitian, down syndrome menimpa satu di antara 700 kelahiran hidup atau 1 diantara 800-1000 kelahiran bayi. Diperkirakan saat ini terdapat empat juta penderita down syndrome di seluruh dunia, dan 300 ribu kasusnya terjadi di Indonesia.



Down Syndrom terjadi hampir merata pada laki-laki dan wanita. Penderita Down Syndrom memiliki ciri yang khas, diantaranya yaitu:
a         Abnormalitas pada tengkorak
b        Abnormalitas pada muka
c         Tubuh pendek
d        Dagu atau mulut kecil
e         Leher pendek
f         Kaki dan tangan terkadang bengkok
g        Mulut selalu terbuka
h        Ujung lidah besar
i          Hidung lebar dan rata
j          Kedua lubang hidung terpisah lebar Jarak antara kedua mata lebar
k        Kelopak mata mempunyai lipatan epikantus


Gambaran karakteristik Syndrom

2.3.Penyebab Down Syndrom
Down syndrome terjadi karena kelainan susunan kromosom ke-21, dari 23 kromosom manusia. Pada manusia normal, 23 kromosom tersebut berpasang-pasangan hingga jumlahnya menjadi 46. Pada penderita down syndrome, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi), sehingga totalnya menjadi 47 kromosom. Jumlah yang berlebihan tersebut mengakibatkan kegoncangan pada sistem metabolisme sel, yang akhirnya memunculkan down syndrome.  Hingga saat ini, diketahui adanya hubungan antara usia sang ibu ketika mengandung dengan kondisi bayi, yaitu semakin tua usia ibu, maka semakin tinggi pula risiko melahirkan anak dengan down syndrome (Monks, Knoers, Haditono, 50-1).     


Kromosom merupakan serat-serat khusus yang terdapat didalam setiap sel didalam badan manusia dimana terdapat bahan-bagan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Selain itu down syndrom disebabkan oleh hasil daripada penyimpangan kromosom semasa konsepsi.  Ciri utama daripada bentuk ini adalah dari segi struktur muka dan satu atau ketidak mampuan fisik dan juga waktu hidup yang singkat.  Sebagai perbandingan, bayi normal dilahirkan dengan jumlah 46 kromosom (23 pasang) yaitu hanya sepasang kromosom 21 (2 kromosom 21). Sedangkan bayi dengan penyakit down syndrom terjadi disebabkan oleh kelebihan kromosom 21 dimana 3 kromosom 21 menjadikan jumlah kesemua kromosom ialah 47 kromosom.
Lahirnya anak yang menderita Syndrom Down itu berhubungan erat dengan umur ibu. Tidak ada korelasinya yang konsisten dengan umur ayah.  Kemungkinan karena oosit mengalami waktu istirahat (profase 1) yang sangat panjang yaitu sejak pemebentukan (meosis) oosit hingga sampai ovulasi, dengan demikian membutuhkan waktu istirahat kira-kira 12-45 tahun, selama waktu yang panjang itu oosit mengalami nondisjunction. Biasanya kalainan ini terjadi pada anak terkhir dari suatu keluarga besar, karena faktor seorang ibu yang melahirkan pada usia lanjut.
Ada beberapa pendapat mengapa terjadi nondisjunction, mungkin adanya virus akibat radiasi, mungkin adanya pengandungan antobody tiroid yang tinggi, mungkin karena lama sel telur tidak dibuahi di tuba fallopii.

Gambaran tentang peristiwa nondisjunction




Gambar diatas menjelaskan bahwa: a. Kromosom homolog dapat gagal berpisah selama anafase I. b. Kromatid gagal berpisah selama anafase meiosis II. Kedua tipe kesalahan meiotik tersebut akan menghasilkan gamet dengan jumlah kromosom yang tidak normal, karena seharusnya pada meiosis 1 membawa 1 pasang kromosom, tetapi ini malah membawa 2 pasang kromosom, sehingga pada meiosis 2 terjadi pembelahan ganda, akhirnya menjadi trisomi pada kromosom 21, dan salah satu faktornya adalah usia.
Down Syndrom juga disebabkan oleh kurangnya zat-zat tertentu yang menunjang perkembangan sel syaraf pada saat bayi masih di dalam kandungan, seperti kurangnya zat iodium. Menurut data badan UNICEF, Indonesia diperkirakan kehilangan 140 juta poin Intelligence Quotient (IQ) setiap tahun akibat kekurangan iodium. Faktor yang sama juga telah mengakibatkan 10 hingga 20 kasus keterbelakangan mental setiap tahunnya (Aryanto, dalam Koran Tempo Online). Mutasi gen ini memiliki kemungkinan paling besar terjadi pada kelahiran dimana usia ibu antara 40 sampai 50 tahun. Persentasenya sekitar 1,5 per 1000 kelahiran.
2.4.Terapi Gen (Harapan untuk Menyembuhkan Down Syndrom)
Down Syndom dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak bisa dicegah, karena Down Syndrom merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya Down Sydrom. Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan cara
Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu mendiagnosa kelainan kromosm, antara lain:
ü  Pemeriksaan fisik penderita
ü  Chorionic Villus Sampling (CVS) Chorionic Villus Sampling (CVS)
Dalam prosedur ini, bukan cairan ketuban yang diambil, jumlah kecil jaringan diambil dari plasenta muda (juga disebut lapisan chorionic). Sel-sel ini berisi kromosom janin yang dapat diuji untuk sindrom Down. Sel dapat dikumpulkan dengan cara yang sama seperti amniosentesis, tetapi metode lain untuk memasukkan sebuah tabung ke dalam rahim melalui vagina.
ü  Pemeriksaan kromosom
ü  Ekokardiogram (ECG)
ü  Ultrasonografi (USG)
Kegunaan utama USG (juga disebut sonografi) adalah untuk mengkonfirmasi usia kehamilan janin (dengan cara yang lebih akurat daripada yang berasal dari ibu siklus haid terakhir). Manfaat lain dari USG juga dapat mengambil masalah-masalah alam medis serius, seperti penyumbatan usus kecil atau cacat jantung. Mengetahui ada cacat ini sedini mungkin akan bermanfaat bagi perawatan anak setelah lahir.
ü  Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)
ü  Amniosentesis
Prosedur ini digunakan untuk mengambil cairan ketuban, cairan yang ada di rahim. Ini dilakukan di tempat praktek dokter atau di rumah sakit. Sebuah jarum dimasukkan melalui dinding perut ibu ke dalam rahim, menggunakan USG untuk memandu jarum. Sekitar satu cairan diambil untuk pengujian. Cairan ini mengandung sel-sel janin yang dapat diperiksa untuk tes kromosom. Dibutuhkan sekitar 2 minggu untuk menentukan apakah janin sindrom Down atau tidak. Amniosentesis tidak dianjurkan sebelum minggu ke-14 kehamilan karena risiko komplikasi lebih tinggi dan kehilangan kehamilan.
2.5.Jenis-Jenis Terapi yang Di butuhkan Penderita Down Syndrome
Pengobatan pada penderita down syndom belum ditemukan, karena cacatnya pada sel benih yang dibawa dari dalam kandungan. Untuk membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak, penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya sehari-hari seperti berpakaian dan buang air, walaupun kemajuannya lebih lambat dari anak biasa, dengan terapi khusus, diantaranya yaitu:
a         Terapi wicara  
Suatu terapi yang di pelukan untuk anak DS atau anak bermasalah dengan keterlambatan bicara, dengan deteksi dini di perlukan untuk mengetahui seawal mungkin menemukan gangguan kemampuan berkomunikasi, sebagai dasar untuk memberikan pelayanan terapi wicara.
b        Terapi Okupasi           
Terapi ini di berikan untuk dasar anak dalam hal kemandirian, kognitif/pemahaman, dan kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak “bermasalah” tergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa komunikasi dan memperdulikan orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi, dengan atau tanpa menggunakan alat.
c         Terapi Remedial         
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan akademis skill, jadi bahan bahan dari sekolah bias dijadikan acuan program.



d        Terapi Kognitif           
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan perceptual, misal anak yang tidak bisa berkonsentrasi, anak yang mengalami gangguan pemahaman, dll.
e         Terapi Sensori Integrasi           
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan pengintegrasian sensori, misalnya sensori visual, sensori aktil, sensori pendengaran, sensori keseimbangan, pengintegrasian antara otak kanan dan otak kiri, dll. ruangan terapi sendori integrasi :
f         Terapi Snoefzelen       
Snoezelen adalah suatu aktifitas terapi yang dilakukan untuk mempengaruhi CNS melalui pemberian stimulasi pada system sensori primer seperti visual, auditori, taktil. Taste, dan smell serta system sensori internal seperti vestibular dan proprioceptif dengan tujuan untuk mencapai relaksasi dan atau aktifiti.
Semua terapi ini dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi dari tim dokter yang telah memeriksa anak yang mengalami gangguan.  Dengan melatih anak down syndrome, diharapkan mereka memiliki skill yang makin lama makin berkembang dan mereka diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri dengan aktivitas-aktivitas yang sederhana.
















BAB III
PENUTUP

A.        Kesimpulan
Down Syndrom adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Pada penderita down syndrom, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi), sehingga totalnya menjadi 47 kromosom. Down Syndrom merupakan satu kerusakan atau cacat fisik bawaan yang disertai keterbelakangan mental, lidahnya tebal dan retak-retak atau terbelah, wajahnya datar ceper, dan matanya miring, abnormalitas pada muka, tubuh pendek, dagu atau mulut kecil, leher pendek, kaki dan tangan terkadang bengkok, dan kelopak mata mempunyai lipatan epikantus. Down Syndom dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan, dianataranya yaitu Pemeriksaan fisik penderita, Chorionic Villus Sampling (CVS) Chorionic Villus Sampling (CVS), pemeriksaan kromosom Ekokardiogram (ECG), Ultrasonografi (USG), Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling), dan Amniosentesis. Untuk membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak, penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya sehari-hari seperti berpakaian dan buang air, walaupun kemajuannya lebih lambat dari anak biasa, dengan terapi khusus, diantaranya yaitu terapi wicara, terapi okupasi, terapi remedial, terapi kognitif,  terapi sensori integrasi, dan terapi snoefzelen.
B.        Saran










DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Down Syndrome. http://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Down (Diakses tanggal 22 Oktober 2012)
Anonim. 2012. Gangguan Genetik Sindrom Down. http://gayasehatmu.blogspot.com/2012/06/gangguan-genetik-sindrom-down.html      
Anonim. 2012. Down Sindrom. http://www.fk.unair.ac.id/ attachments/532_ Karya%20Ilmiah%20-%20DownSyn_TrpGen.pdf (Diakses tanggal 30 Oktober 2012)
Aryulina, Diah, dkk. 2007. Biologi 3. Jakarta. ESIS
Cambell, Richee, Mitchel. 2002. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Hery Susanto, Agus. 2011. Genetika. Jakarta: Graha Ilmu
Isharmanto. 2012. biologigonz.blogspot.com/2012/01/aneusomi-manusia.html (Diakses tanggal 22 Okttober 2012)
Judarwanto,Widodo. 2010. Down Syndrome Deteksi Dini Pean dan Penatalaksanaan Sindrom Down. http://childrenclinic.wordpress. com/2010/10/24/down-syndrome-deteksi-dini-pencegahan-dan-penatalaksanaan-sindrom-down/ (Diakses tanggal 22 Okttober 2012)
Suryo. 2008. Genetika Strata 1. Jogjakarta: UGM Press

Sabtu, 01 September 2018

Laporan praktikum pengamatan bentuk organ aves


  1. LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN BENTUK ORGAN ORGAN AVES
    Dosen pengampu : Hesty Wahyuningsih S.Pd M.Pd


    DISUSUN OLEH :
    DEWI NURUL ASIYAH
    1503001



    SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
    TUNAS PALPA
    2018
    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr.Wb
    Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Praktikum ini dengan tepat waktu. Saya yang bernama Dewi Nurul Asiyah Prody Biologi ingin menyampaikan rasa terima kasih oleh dosen saya Ibu Hesty Wahyuningsih S.Pd M.pd telah memberikan materi pembelajaran oleh saya yaitu praktikum tentang pengamatan bentuk organ mencit betina dan aves.
    Dalam penulisan laporan ini, saya ingin saudara yang membaca memberikan kritik dan saran oleh saya guna untuk membantu memperbaiki pada penulisan makalah saya. Dan saya menyadari dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan, kesalahan dalam penulisan-nya. Terima kasih saya ucapkan.
    Walaikum’salam Wr.Wb



    Terbanggi Besar, 03 September 2018
    Penulis


    Dewi Nurul Asiyah
    B.     TUJUAN PRAKTIKUM

    -          Mahasiswa dapat mengamati cirri morfologi dan fisiologi pada specimen amatan yaitu burung
    -          Mahasiswa  dapat menggambarkan ciri anatomi beserta keterangan pada specimen burung
    -          Mahasiswa dapat mengamati tipe macam bentuk bulu pada kelas aves

    C.     LANDASAN TEORI

    Klasifikasi  :

    Kingdom                     : Animalia
    Filum                           : Chordata
    Kelas                           : Aves
    Ordo                            : Clombiformes
    Family                         : Columbidae
    Genus                          : Columba
    Spesies                                    : Columba domestica

    Habitat    :

    Habitat hewan vertebrata kelas aves adalah di darat dan ada juga di perairan .

    Aves merupakan hewan ovipar atau bertelur. Cirri-cirinya adalah  :
    -          Memiliki celah faring
    -          Bernafas menggunakan paru-paru
    -          Memiliki pundi-pundi udara yang berguna sebagai udara pernapasan saat terbang
    -          Memiliki tembolok untuk mencerna batu
    -          Tubuhnya diselimuti oleh bulu
    -          Memiliki bulu tebang dan bulu bawah
    -          Tidak memiliki gigi namun memiliki ekor
                 Pemanfaatan :
     - Sebagai bahan makanan
     - Berperan dalam penyerbukan
     - Sebagai hewan peliharaan
     - Kicau dan bulunya bisa di jadikan hiasan




    D.    ALAT,BAHAN dan CARA KERJA
                     Alat :                                                                      Bahan :

    -         Tisu                                                                        - Hewan kelas aves (burung dara)
    -          Kapas
    -          Klorofom
    -          Jarum pentul
    -          Seperangkat alat bedah

    Cara kerja :

    -          Burung di masukan kedalam box dan diberi klorofom, tutup boxnya dengan rapat
    -          Ambil burung lalu diletakan ke atas papan bedah
    -          Gunakan jarum pentul agar posisi specimen ( burung ) tidak berubah-ubah
    -          Lakukan pengamatan morfologi pada specimen (bentuk paruh, dan tipe-tipe bulu)
    -          Kuliti specimen dengan menggunakan pisau bedah ataupun gunting
    -          Bedah specimen dengan arah pembedahan yang dimulai dari samping kloaka,bagian dada dan kembali turun kearah kloaka
    -          Amati anatomi, gambar dan berilah keterangan.


    E.    HASIL PENGAMATAN

    a.       Inspectio :


           keterangan :
              1. paruh
              2.faring
              3.celah faring
              4.mata
              5.teinga
              6.sayap
              7.bulu halus pada leher
              8.bulu ekor
              9.digiti
              A.badan
              B.alat gerak


    b.       Topograpi :













    c.       Sistem respirasi kelas aves

    1.      Struktur alat pernapasan burung

    Alat pernapasan pada burung agak berbeda dengan hewan vertebrata lainnya.berikut ini adalah struktur pernapasan  :

    -          Lubang hidung luar terdapat pada pangkal paruh sebelah atas dan berjumlah sepasang
    -          Lubang hidung dalam terdapat pada langit-langit rongga mulut
    -          Celah trakea terdapat pada faring dan menghubungkan trakea
    -          Trakea tersusun dari tulang-tulang rawan yang berbentuk lingkaran. Trakea ini bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut dengan bifurkasi trakea. Bronkus ini kemudian akan menghubungkan siring dan paru-paru
    -          Siring merupakan alat suara yan terdapat pada bifurkasi trakea. Siring tersusun dari otot sterno trakealis dan otot siringalis. Otot sterno trakealis berfungsi untk menghubungkan siring dengan dinding trakea dalam. Apabila lipatan berupa selaput sebelah dalam rongga siring bergetar dan akan menghasikan suara.
    -          Paru-paru pada burung terdapat sepasang dan menempel didinding dada bagian dalam. Paru-paru berukuran relatif kcil dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Paru-paru tersusun oleh : bronkus primer yang berhubungan dengan mesobronkus , dan mesobronkus adalah bronkiolus yang paling besar.















    d.       Sistem sirkulasi kelas aves

    Alat sirkulasi berupa jantung yang terdiri dari 4 ruangan dengan sekat sempurna, arteri dan vena. Sistem sirkulasi pada aves sama seperti manusia. Sirkulasi darah pada aves : darah dari vena kava masuk pada atrium kanan, lalu ke ventrikel kanan. Kemudian darah dipompa ke paru-paru melalui pulmonalis lalu menuju ke ventrikel kiri, darah dipompa ke seluruh tubuh melalui aorta.


    e.      Sistem pencernaan kelas aves

    Paruh à rongga mulut,kerongkongan à tembolok àlambung kelenjar à empedal àusus halus à usus besar à kloaka.

    Didalam rongga mulut tidak terdapat gigi sehingga makanan tidak dikunyah dan langsung masuk kedalam kerongkongan. Tembolok merupakan pelebaran ujung bawah kerongkongan, tembolok berbentuk kantung dan berguna untuk menyimpan makanan sementara. Lambung kelenjar memiliki dinding otot yang tipis dan mengandung banyak kelenjar pencernaan, disebut kelenjar pencernaan karena dindingnya mengandung kelenjar yang menghasilkan getah lambung yang berfungsi mencerna makanan secara kimiawi. Lambung pengunyah (lambung otot atau empedal) sering juga disebut ampela. Kontraksi otot lambuang pengunyah ini mencerna makanan secara mekanik. Didalam lambung pengunyah ini burung pemakan biji-bijian sering terdapat pasir atau kerikil-kerikil kecil, itu sengaja telan untuk memperlancar pencernaan. Dari lambung, makanan hasil pencernaan menuju usus halus. Didalam usus halus terjadi pencernaan secara kimiawi oleh enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu yang dihasilkan olh hati. Sari-sari makanan hasil pencernaan diserap oleh pembuluh-pembuluh darah dari usus halus. Sisa-sisa makanan yang tidak terserap akan masuk ke usus besar menjadi feses(kotoran), feses akan menuju rectum dan dikeluarkan melalui kloaka. Kloaka merupakan muara tiga saluran kelamin yaitu; saluran pencernaan, saluran urine, dan saluran kelamin.

    a.       Sistem ekskresi kelas aves

    Alat pengeluaran pada burung berupa pari-pari, hati, ginjal, dan kulit.aluran ginjal, saluran kelamin, dan saluran pencernaan bermuara pada sebuha lubang yang disebut kloaka. Burung menghasilkan kelenjar minyak yang terdapat pada ujung ekornya. kelenjar ini menghasilkan minyak untuk membasahi bulu-bulunya.

            

    b.      Sistem reproduksi kelas aves

    Sistem reproduksi aves dibagi menjadi 2 yaitu : reproduksi jantan dan reproduksi betina.

    1.      Reproduksi jantan
    a.       Testis yang berjumlah sepasang berbentuk oval atau bulat,bagian permukaan licin, terletak disebelah ventral lobus renis bagian paling cranial. Alat penggantung testes adalah mesorchium yang merupakan lipatan dari peritoneum. Pada musim kawin ukurannya membesar. Disinilah tempat untuk membuat dan menyimpan spermatozoa.
    b.      Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferens dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada saat masih muda, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang dibuat glomere. Didekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara dikloaka sebagai duktus ejakulatori. Duktus aferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktus deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk ke kloaka.
    c.       Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal testis, epididimis ini adalah berupa saluran yang dilewati sperma dan menuju ke duktus deferens
    d.      Duktus deferens berjumlah sepasang. Pada hewan muda tampak halus sedang pada hewan tua Nampak berkelok-kelok berjalan ke caudal menyilangi ureter kemudian bermuara pada urodaeum.
    2.      Reproduksi betina
    a.       Ovarium yang berkembang hanya yang sebelah kiri dan terletak dibagian dorsal rongga abdomen.
    b.      Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuk panjang, bergulung, diletak pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah bagian infundibulum yang punya bagian terkemuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Diposteriornya dapat magnum yang berfungsi mensekresi membrane shell gland mempunyai fungsi untuk menghasilkan cangkang kapur
    c.       Vagina,selama reproduksi telur, panjang vagina sekitar 4,7 inci (12 cm). Disini kultikula ditimbun pada kerabang untuk mengisi sebagian pori-pori kerabang. Secara normal, telur tinggal didalam vagina selama beberapa menit, tetapi dalam keadaan tertentu dapat tinggal beberapa jam.











    F.    KESIMPULAN

    ü  Aves hidup didarat ,sebagian hidup di perairan
    ü  Susunan tubuh terdiri atas : kepala, leher, badan, ekor, dan alat gerak
    ü  Kepala dilengkapi sepasang mata dengan kelopak atas,bawah, dan membrane niktitans yang dikelilingi bulu halus
    a.       Lubang telinga dengan bulu halus dan membrane tympani didalamnya
    b.      Paruh disusun rahang atas dan bawah
    c.       Sera,pembatas dua lubang hidung
    ü  Leher(cervik) selidris, agak panjang dilindungi kulit berbulu halus
    ü  Seluruh tubuh ditutupi oleh bulu halus(pterile)
    - . anatomi bulu:
                    1. Plamae                 : Bulu dasar bentuk tubuh
                    2. Plumulae             : Bulu lunak mirip kapas
                    3. Filoplumae          : Bulu mirip rambut
    -. Macam bulu menurut letaknya :
                    1. Tektrises              : Bulu diseluruh tubuh
                    2. Rektrises             : Bulu ekor
                    3. Remiges              : Bulu sayap
                    4. Parapterum          : Bulu pada bahu
                    5. Alula                   : Bulu jari sayap

    ü  Alat gerak utama berupa pasangan sayap dan pasangan kaki yang bercakar untuk berjalan, berenang, dan mencengkram
    ü  Alat respirasi utama adalah paru-paru(pulmo) dan alat tambahan (sacus pneumatikus)waktu terbang mengudara
    ü  Sistem peredaran darah tipe vasculair, alatnya berupa jantung (kerucut)dn pembuluh darah arteri, vena cava, dan vena porta
    ü  Sistem pencernaan berupa alat cerna yang dilengkapi dengan tembolok(ingluvies), lambung kelenjar(proventriculus), dan lambung otot(ventriculus),usus halus dan berakhir di anus ,bersama saluran urine dan reproduksi bermuara di kloaka. Kelenjar cerna berupa pankreas, hati dan empedu(merpati tidak punya)
    ü  Sistem otot(muscularis) berupa :
    -. Otot dada besar untuk mengepakan sayap
    -. Otot dada kecil untuk mengangkat sayap
    ü  Sistem saraf berupa saraf pusat(otak dan sumsum tulang belakang) dan saraf tepi berupa 12 pasang nervi cranialis, dan nervi spinalis
    ü  Sistem reproduksi dilakukan secara generative, fertilisasi internal, perkembangan embrio oviparovipar


Memuat