Jurnal
Penelitian Stkip
20
April
GAMBARAN
HISTOLOGIK GINJAL HEWAN COBA POSTMORTEM
Dewi
Nurul Asiyah
Jurusan
Biologi
Maret 2018
Abstrak: Penentuan
saat kematian sangat penting dalam penyelidikan medikolegal. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif-eksperimental dengan menggunakan satu ekor babi
lokal sebagai obyek penelitian. Sampel diambil dari ginjal kanan dan kiri pada
beberapa interval waktu; 0 menit; 15 menit; 30 menit; 45 menit; 60 menit; 12
jam; dan 24 jam postmortem. Hasil penelitian memperlihatkan degenerasi
hidropik pada sebagian kecil tubuli proksimal 30 menit postmortem yang
meluas setelah 45 menit disertai penyempitan kavum Bowman; pelebaran kavum
Bowman, nekrosis glomeruli dan tubuli proksimal, lumen sebagian kecil tubuli
distal ireguler 60 menit postmortem; nekrosis tubuli distal 12 jam postmortem;
dan nekrosis hampir seluruh struktur-struktur tersebut 24 jam postmortem.
Simpulan: Degenerasi hidropik tubuli proksimal merupakan perubahan
histologik yang paling dini yaitu 30 menit postmortem, disusul oleh
tanda-tanda nekrosis pada sebagian kecil glomeruli dan tubuli proksimal serta nekrosis tubuli distal
yang meluas setelah 24 jam postmortem. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang bermakna untuk kepentingan medikolegal, terutama
dalam perkiraan saat kematian dini.
Kata
kunci: saat kematian, perubahan histologik, ginjal
Maret 2018
Mati ialah
berhentinya semua fungsi vital tubuh secara permanen. Untuk kepentingan aspek
medikolegal maka digunakan definisi mati sebagai berhentinya semua fungsi otak,
sistem respirasi, dan sistem sirkulasi secara spontan tanpa bisa pulih kembali.1
Kematian
sel terjadi segera setelah kematian somatis. Sel merupakan satuan terkecil yang
membentuk struktur makhluk hidup Perubahan histologik sel-sel mati dapat
dipergunakan sebagai alternatif untuk memperkirakan lama waktu kematian de-ngan
mengacu pada waktu yang dibutuhkan sel normal sampai menjadi lisis.2,3
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif-eksperimental yang dilakukan di Bagian
Anatomi-Histologi dan Animal House Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado, serta Pusat Diagnostik Patologi Anatomi Manado mulai 30 Maret
2018 sampai dengan Januari 2019. Hewan coba yang digunakan ialah satu ekor babi
dengan berat 20 kg.
PROSEDUR PENELITIAN
Hewan coba dimatikan dengan ditusuk tepat pada jantungnya. Setelah hewan
coba berhenti bernapas, dicatat waktu kematian. Dilakukan pengambilan sampel
ginjal kiri dan kanan dengan beberapa interval wakatu: 0 menit, 15 menit, 30
menit, 45 menit, 60 menit, 12 jam, dan 24 jam. Prosedur yang digunakan ialah
sebagai berikut:Insisi dilakukan pada garis tengah abdomen. Irisan diperdalam
secara tumpul menggunakan klem sampai teraba kapsul ginjal. Kapsul ginjal
dilepaskan, ginjal dibelah dua pada garis medial. Potongan jaringan ginjal
sebesar 2x2x2 cm3 diambil di atas piala ginjal. Setiap sampel difiksasi
dengan formalin 10% dan disiapkan untuk pembuatan sediaan histologik. Setiap
sediaan diidentifikasi, dan dikonfirmasikan juga dengan dokter patologi
anatomi.
HASIL
PENELITIAN
Gambaran
histologik ginjal babi diambil pada beberapa interval waktu. Gambaran
histologik ginjal babi 0 menit postmortem (40x) menunjukkan glomeruli
(kapsul dan kavum Bowman), serta tubuli proksimal dan distal yang tampak normal
(Gambar 1, Tabel 1).
Gambaran
mikroskopik ginjal babi 15 menit postmortem (40x) menunjukkan glomeruli
(kapsul dan kavum Bowman), tubuli proksimal, dan tubuli distal masih tampak
normal (Tabel 1).
Gambar
1. 0
menit postmortem (40x).
Gambaran
mikroskopik ginjal babi 30 menit postmortem (40x) menunjukkan, glomeruli
(kapsul dan kavum Bowman) dan tubuli distal masih tampak normal, sedangkan
sel-sel tubuli proksimal mulai mengalami degenerasi hidropik (Gambar 2, Tabel
1).
Gambar 2. 30
menit postmortem (40x).
Gambaran
mikroskopik ginjal babi 45 menit postmortem (40x) menunjukkan, kapsul
Bowman sudah tidak jelas lagi, penyempitan kavum Bowman, sel-sel tubuli
proksimal dengan degenerasi hidropik, dan lumen sebagian kecil tubuli distal
tampak ireguler (Gambar 3, Tabel 1).
Gambar 3. 45
menit postmortem (40x).
Gambaran mikroskopik
ginjal babi 60 menit postmortem (40x) menunjukkan sebagian glomeruli
mulai nekrosis disertai pelebaran kavum Bowman, degenerasi hidropik sel-sel
tubuli proksimal masih tampak tetapi sebagian kecil tubuli proksimal mulai
mengalami nekrosis, serta lumen sebagian tubuli distal tampak ireguler (Gambar
4, Tabel 1).
Gambar 4. 60
menit postmortem (40x).
Gambaran
mikroskopik ginjal babi 12 jam (720 menit) postmortem (40x) menunjukkan,
sebagian besar glomeruli dan tubuli proksimal telah nekrosis, dan lumen tubuli
distal yang ireguler disertai nekrosis sel-sel tubuli (Gambar 5, Tabel 1).
Gambar
5. 12
jam postmortem (40x).
Gambaran
mikroskopik ginjal babi 24 jam (1440 menit) postmortem (40x) menunjukkan
hampir seluruh glomeruli, tubuli proksimal, dan tubuli distal telah nekrosis
(Gambar 6, Tabel 1).
Gambar 6. 24
jam postmortem (40x).
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk
melihat gambaran histologik ginjal postmortem pada hewan coba, yaitu
satu ekor babi local.
Tabel
1. Perubahan
histologik glomerului, tubuli proksimal dan tubuli distal postmortem.
Struktur
Yang diamati 0 15 30
|
Waktu (menit)
|
||||||
Glomer
lus
a. Kapsul Bowman
b. Kavum Bowman
|
N
N
|
N
N
|
N
N
|
Tidak jelas
+
Menyempit
|
Tidak jelas
+
Melebar
+
Nekrosis +
|
Tidak jelas
+ +
Nekrosis
+ +
|
Tidak jelas
+ + +
Nekrosis
+ + +
|
Tubulus proksimal
|
N
|
N
|
Degenerasi hidropik +
|
Degenerasi hidropik + + +
|
Nekrosis+
Degenerasi hidropik +
|
Nekrosis
++
|
Nekrosis
+ + +
|
Tubulus distal
|
N
|
N
|
N
|
Lumen ireguler +
|
Lumen ireguler
++
|
Nekrosis + +
|
Nekrosis
+ + +
|
N = normal
+ = 10 – 50 %
++
= 50 – 70 %
+++
= 70 – 100 %
dengan berat badan
20 kg. Alasan menggunakan babi sebagai hewan coba ka-rena babi mempunyai
karakteristik anatomi dan fisiologik yang mirip dengan manusia. Gambaran
histologik ginjal pada 0 menit dan 15 menit postmortem masih
memperlihatkan struktur ginjal normal.
Gambaran histologik
ginjal pada 30 menit postmortem menunjukkan mulai tampak degenerasi
hidropik sebagian kecil tubuli proksimal tetapi kapsul Bowman dan tubuli distal
masih tampak normal.
Gambaran
histologik ginjal 45 menit postmortem menunjukkan degenerasi hidropik
sebagian besar sel-sel tubuli prok-simal dengan lumen menyempit sebagian kecil
glomeruli dengan kapsul Bowman tidak jelas, dan sebagian kecil tubuli distal
dengan lumen ireguler.
Gambaran
mikroskopik ginjal pada 60 menit postmortem masih menunjukkan degenerasi
hidropik tetapi sudah disertai nekrosis pada sebagian kecil tubuli proksimal
disamping melebarnya kavum Bowman dan perubahan-perubahan lainnya pada 45 menit
postmortem.
Perkiraan saat
kematian yang mendekati ketepatan sangatlah penting dalam penyi-dikan. Berbagai
faktor dapat memengaruhi terjadinya tanda-tanda kematian yaitu penurunan suhu;
terbentuknya lebam mayat; terbentuknya kaku mayat; terjadinya pembusukan dan
mummifikasi serta terjadi-nya perubahan-perubahan biokimiawi; kesemuanya ini
akan memengaruhi ketepatan perkiraan saat kematian.
Setelah terjadi
kematian, enzim-enzim akan dilepas secara lokal dan mulai terjadi autolisis postmortem.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa gambaran histologik postmortem ginjal
babi yang ditemukan ialah: degenerasi hidropik sel-sel tubuli proksimal dapat
diamati setelah 30 menit; tanda-tanda nekrosis pada sebagian kecil
sel-seltubuli proksimal dan distal setelah 60 menit; sebagian besar kavum
Bowman melebar setelah 60 menit; nekrosis sebagian besar glomeruli serta tubuli
proksimal dan distal setelah 12 jam, yang meluas setelah 24 jam postmortem.
Pada penelitian
ini, pengambilan sampel ginjal kiri dan kanan dilakukan pada beberapa interval
waktu sampai 24 jam postmortem sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dijadikan salah satu patokan perkiraan saat kematian dini atau pada kasus-kasus
dengan tanda kematian yang sulit dievaluasi, misalnya pada kasus mutilasi dan
kerusakan fisik yang luas.
SARAN
Gambaran perubahan
struktur dan progresitivitas nekrosis pada ginjal dapat digunakan untuk membuat
perkiraan saat kematian. Untuk itu diperlukan penelitian lanjut dengan cara dan
lama pengambilan sampel yang lebih bervariasi agar dapat diaplikasikan untuk
penentuan saat kematian (postmortem interval) yang lebih akurat pada
dekomposisi dini (<24 jam postmortem).
DAFTAR
PUSTAKA
1. Death.
Kamus Kedokteran Dorland. 29 ed. Jakarta: EGC; 2002. p.567
2. Pratama AA. Hubungan Antara Lama Waktu
Kematian Dengan Kerusakan Histopatologik OtotJantung Tikus Wistar. 2010 [cited:
22/01/2014] Available from: http://eprints.undip.ac.id/23135/1/Arie_Aldila.pdf.
3. Cotran
RS, Mitchell RN. Buku Ajar Patologi. Vol I. 7 ed. Bab I. Jakarta: EGC; 2007. p.
26
4. Swindle
MM, Makin A, Herron AJ, Clubb FJ, Frazier KS. Swine as Models in Biomedical
Research and Toxicology Testing. 2012 [cited: 22/01/2014] Available from:
http://vet.sagepub.com/content/ 49/2/344.full.pdf+html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar