Jurnal
STKIP 20
Maret
Perkembangan
Emberio Mencit Dan Hamster Dalam Medium KSOMaa Dan HECM-6
(DEVELOPMENT
OF MICE AND HAMSTER EMBRYOS IN KSOMaa
AND
HECM-6 MEDIUM)
Dewi Nurul Asiyah
Jurusan Biologi
Abstrak
Perkembangan
emberio mencit dan hamster tahap 8-sel dalam medium KSOMaa dan HCEM-6
menunjukan bahwa secara keseluruhan kedua macam medium mampu medukung
pertumbuhan emberio mencit dan hamster tahap 8 sel sampai mencapai tahap
blastosit
Kata Kunci :
Embrio Mencit Dan Hamster
PENDAHULUAN
Komposisi
Medium Menentukan keberhasilan kultur embrio in vitro karena kompleksitas
fisiologis pada emberio praimplatasi. Metabolisme yang kompleks terjadi dalam
proses perkembangan dari zigot menjadi blastosit yang siap mengalami gastrulasi
dan implantasi. Perubahan meliputi serangkaian pembelahan sel untuk membentuk
morula, difrensiasi sel morula menjdi dua galur sel yaitu trophoblast dan inner cell mass (ICM) (Rossant 1986, Alarcon Dan
Marikawa 2004).
Mencit Hamster telah
digunakan secara luas sebagai model perkembangan bagi mamalia pada umumnya.
Bebagai medium untuk kultur emberio mencit dan hamster telah banyak dicoba.
Lawitts dan Biggrest (1993) medesein medium KSOM untuk mengatasi two-cell block yang terjadi pada banyak strain outbred in bred mencit,
pada perkembangannya medium juga dipakai dalam kultur embrio sapi (Liu dan
foote 1995).
Medium ini mampu
mendukung perolehan blastosis yang tinggi dari zigot pada strain outbred CFI dengan jumlah sel lebih
banyak dibandingkan menggunakan medium lain (Erbach
et al…1994,summers et al. 1995).
Pengujian kapasitas perkembanggan
embrio mencit dan hamster dapat menentukan jenis medium yang cocok untuk masing
masing embrio dan medium yang dapat dipakai oleh keduannya secara bersamaan.
Informasi mengenai satu jenis medium yang mampu mendukung perkembangan emberio
dari kedua jenis hewan bermanfaat dalam memproduksi khimera. Pada hewan khimera
hasil gabungan antar spesies yang sama mampu interspesies, kemampuan
menumbuhkan embrio khimera hasil
rekonstruksi secara in vitro sangat
krusial (Boedino et al..1996; Shiue et al…2006).
METODE
PENELITIAN
1.1.Superovulasi
dan Koleksi Embrio
Mencit
betina berumur 2-3 bulan disuperovulasi dengan menyuntikkan 5 IU PMSG (Foligon, Intervet, Netherland) dan 5 IU
Hcg (chorulon, Intervet, Netherland) dengan selang 48 jam secara
intraperitoneum, 24 jam sebelum injeksi PMSG (Foligon, Intervet, Netherland) mencit diinjeksi GnRH (20 mg/kg
fertilerin, intramuskuler) (Kanter al…2004)
Kawin alam dilakukan
masing-masing menggunakan penjantan yang sejenis dengan betina. Jantan dengan
betina dicampur dengan rasio 1:1 setelah injeksi Hcg pada betina. Untuk
menghasilkan sumber keberhasilan perkawinan dilakukan memeriksa Vagina plug. Koleksi embrio dan tuba
fallopi dilaksanakan pada hari ke-3 setelah kawin. Mencit dan hamster
dikorbankan dengan cara dislocation
cervicalis. Tuba follopi diambil melalui pembedahan dari mencit dan hamster
kemudian dilakukan koleksi embrio dengan menoreh tuba fallopimengunakan jarum
26G pada medium PBS ditambah 2% NBCS (new
bron calf serum). Embrio yang diproleh diamati secara morfologis dan
diseleksi lebih lanjut untuk mengumpulkan embrio tahap 8-sel.
1.2.Kultur emberio in vitro
Media
yang digunakan dalam kultur ini adalah KSOMaa (Summers et al.,2005) yang mengandung Fosfat (KH2 PO4) dan 5,56 Mm glukosa,
serta HECM-6 (McKiernam Dan Bavister,.
2000) yang tidak mengandung fosfat dan glukosa (Tabel 1).
Table 1 : komposisi
medium KSOMaa dan HECM-6
Jumlah
(mmol/L)
Komponen
KSOMaa¹ HECM-6¹
NaCI 95 113,8
KCI 2,5 3,0
KH2 PO4 0,35 -
MgCl2 6H2 O - 2,0
MgSP4 7H2 O 0,2 -
CaCl2 - -
CaCl2 2H20 1,71 1,0
NaHCO3 25 25
Na-laktat 10 4,5
Na-viruvat 0,2 -
Glukosa 5,5 -
EDTA 0,61 -
Glutamin 2,0 0,2
NEAA Solution(%) 1 1
EAA Solution (%) 1 1
1). Summers et al., (2005) dengan sedikit modifikasi
pada komposisi asam amino
2). MeKierna &
Bavister (2000) dengan sedikit modifikasi pada komposisi asam amino
1.3.Analisis
Data
Pengelolaan
data mengunakan program minitab ver 12. Data disajikan dalam bentuk
rata-rata±standar deviasi dan dianalisis menggunakan sidik ragam. Perbedaan
perlakuan ditentukan dengan uji Tukey. Pada tabel 2 :
Tabel 2. Perkembangan emberio mancit dan
hamster tahap 8-sel setelah kultur selama 48 jam.
Jumlah tahap
perkembangan dan jumlah embrio yang berkembang (%)
Perlakuan embrio
MK Baw BI BLj H/ed
Mencit-KSOMaa 140 140 140 129 129 32
(T1) (100,0)ɑ (100,0)ɑ (92,1)ɑ (92,1)ƅ (22,9) ƅ
Mencit-HECM-6 52 52 52 52 48 30
(T2) (100,0)ɑ (100,0)ɑ (100,0)ɑ (92,3)ƅ (57,7)c
Mencit-KSOMaa 60 60 60 51 29 0
(T3) (100,0)ɑ (100,0)ɑ (85,0)ɑ (48,3)ɑ (0,0)ɑ
Mencit-HECM-6 46 46 46 46 46 34
(T4) (100,0)ɑ (100,0)ɑ (100,0)ɑ (100,0)ƅ (79,3)d
Ket : MK:Morula kompak;
Baw : Blastosis awal ; Bl : Blastosis; BLj : Blastosis lanjut ; H/ed : hetching/hatchet.
Superskrip yang berbeda
pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata (P<0,05)
Analisis stastika, data
berupa proporsi ditransformasi terlebih dahulu.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Perkembangan
emberio mencit dan hamster tahap 8-sel dalam medium KSOMaa dan HCEM-6
menunjukan bahwa secara keseluruhan kedua macam medium mampu medukung
pertumbuhan emberio mencit dan hamster tahap 8 sel sampai mencapai tahap
blastosit (Tabel 2, Gambar 1). Perbedaan mulai tampak ketika memasuki tahap
blastosit lanjut dan proses hetching/hatchet.
Embrio hamster yang dikultur dalam medium KSOMaa (T3) perkembanganya menurun
secara signifikan (P<0,05) dibandingkan perlakuan T1,T2 dan T4 (Tabel 2).
Pada T2 embrio mancit yang dikultur dalam HECM-6 mampu tumbuh serta dengan
embrio mancit yang dikultur dalam medium KSOMaa (T1) sampai tahap blstosis
akhir. Bahkan hetching/hatchet rate
yang diproleh lebih tinggi dibandingkan T1 (P<0,05). Pada T3 tidak diperoleh
satupun embrio hamster yamg berhasil hetching/hatchet,
sedangkan embrio T4 hamster mendapatkan angka hetching paling tinggi.
Pengaruh komposisi
medium terhadap perkembangan embrio tahap 8-sel sejalan dengan proses
fisiologis yang terjadi. Pada tahap 8-sel embrio mencit dan hamster mengalami
perubahan konfigurasi blastomer karena adanya proses kompaksi (Hogan et at,. 1994) Piedrahita et al., 1992).
Gambar 1 : embrio
mencit (A) dan hamster (B) Tahap : 1. 8-sel, 2. Morula kompak, 3. Blastosis 4.
Blastosis lanjut, dan 5 hetching . (Bar 50 = am).
Proses kompaksi
merupakan salah satu perbedaan krusial antara embrio mamalia dengan embrio
hewan lainnya. Proses diferensi pertama dimulai dengan prubahan sel-sel
blastomer menjadi dua macam populasi sel yaitu ICM dan trophoblas (Alarcon dan marikawa 2004).
Dinamika fisiologi
tersebut melibatkan proses-proses seperti sintesis protein, sintesis asam
nukleat, dan transport ion yang memerlukan energi meningkatkan kebutuhan dan
menaikan aktivitas metabolik. Setiap prubahan proses metabolik menyebabkan
kegagalan embrio tumbuh sempurna (Brison dan Leese 1994; Biggers et al., 2004).
Hal yang menarik dari penelitian ini kemampuan
HEMC-6 Dalam mendukung perkembangan embrio mencit tahap 8-sel. Medium ini tidak
mengandung glukosa dan sumber energinnya natrium laktat. Embrio yang berhasil hetching lebih tinggih dibanding medium
KSOMaa. Tingginya angka hetching/hatchet menunjukan bahwa embrio
mempunyai energy yang cukup untuk memecah dan keluar dari zona pelusida.
Keberhasilan hetching yang tinggi pada T4 mungkin
hanya merupakan kontribusi factor medium yang cocok dengan kebutuhan fisiologis
dari embrio hamster mini rusia, atau mungkin juga dibantu factor proteolitik
jika memang ada.
KESIMPULAN
KSOMaa mampu mendukung perkembangan embrio tahap
8-sel pada mencit dan hamster, tetapi peresentase perkembangan embrio hamster
lebih rendah memasuki tahap blastosit lanjut. Embrio mencit dan embrio hamster
tahap 8-sel tumbuh lebih baik dalam medium HECM-6 dibandingkan KSOMaa.
DAFTAR
PUSTAKA
Alarcon VB, Marikawa Y.2004. Molecular study of
mouse peri-implantation development using the in vitro culture of aggregated inner call mas. Mol Reprod Dev 67: 83-90,
Batnett DK,
Reiger D, Bavister BD. 1993. Changes in metabolism of glucose and glutamin
during developmet of the hamster embryo. Theriogenelogy 38:185.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar