Model Meksint Korefsi dengan Pendekatan
Jelajah Alam Sekitar pada
Pembelajaran Struktur
Tubuh Hewan
The
Model of Meksint Korefsi with Jalajah Alam Sekitar Approach for Learning in The
Animal Structure
DEWI NURUL ASIYAH
1503001
Jurusan Biologi, STKIP Tunas Palapa
Lampung Tengah
Abstrak
Tujuan
penelitian ini adalah menghasilkan model meksint korefsi dengan
pendekatan Jalajah Alam Sekitar pada pembelajaran Struktur Tubuh Hewan sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif kegiatan perkuliahan Struktur
Tubuh Hewan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research&
Development dengan tahapan sebagai berikut: planning, design, dan development
dengan 2 tahap evaluasi yaitu: uji alpha, uji betha, dan uji lapangan.
Hasil uji alpha pada model pembelajaran meksint korefsi oleh ahli
pembelajaran biologi memperoleh skor
sebesar
3.13 dan hasil uji betha oleh mahasiswa sebagai pengguna memperoleh skor sebesar
3.64. Hasil uji t test antara dua rombel mahasiswa responden uji
lapangan diperoleh thitung= 2.94 ≥ ttabel= 2.39 (α = 0.01; n = 60). Dengan
demikian model meksint korefsi dengan pendekatan Jalajah Alam Sekitar
layak digunakan sebagai salah satu alternatif pilihan model pembelajaran dalam
proses perkuliahan Struktur Tubuh Hewan, sehingga disarankan perlu adanya
proses diseminasi model tersebut.
Abstract
The
purpose of the study was to develop the meksint korefsi model with Jelajah Alam
Sekitar* approach in the Animal Anatomy, for the alternative model in Animal
Anatomy lecture. This is a Research and Development, with the following stages:
planning, design and development with three stages of evaluation are: alpha
testing, beta testing, and field testing. Alpha test results on the learning
model meksint korefsi by expert of instructional biologists with scores was
3.13 and beta test results by the students as users gain score of 3.64. Field
test results were analyzed by t-test statistical tvalue = 2.94 ≥ ttable = 2.39 (α
= 0:01, n = 60). The result showed that the meksint korefsi model with
Jelajah Alam Sekitar* approach was a feasible model in the learning of Animal
Anatomy, so it was suggested to disseminate this model.
Kata
Kunci :Maksin Korefsi, pengembangannya dan pembelajarannya.
BAB
1
PENDAHULUAN
Mata kuliah Struktur Tubuh Hewan mempelajari struktur
makro dari organ dan sistem organ yang dimiliki oleh hewan, utamanya hewan Vertebrata.
Sistem organ hewan yang dipelajari terdiri dari integumen, skeleton, muskularis,
digesti, sirkulasi, ekskresi, respirasi, reproduksi, saraf, dan endokrin dengan
tujuan membekali mahasiswa dengan pengetahuan tentang berbagai organ penyusun
sistem organ yang dimiliki oleh hewan dengan pendekatan makro, artinya banyak
melibatkan alat bantu pengamatan objek.
Model
pembelajaran Meksint Korefsi yang dikembangkan dalam penelitian ini
berakar pada :
1. kebutuhan mahasiswa terkait dengan
keberhasilan mereka mencapai tujuan pembelajaran pada Mata Kuliah Stuktur Tubuh
Hewan,
2. karakteristik
mahasiswa sebagai orang dewasa yang proses pembelajarannya harus berpedoman
pada teori pembelajaran andragogi dan
3. sumber
belajar yang begitu beragam ditawarkan di lingkungan belajar mahasiswa.
Cara berpikir yang diterapkan dalam proses pembelajaran
Struktur Tubuh Hewan adalah
berpikir
secara deduktif, berangkat dari hal yang bersifat umum (makro/morfologi) dalam
rangka untuk memahami hal yang bersifat mikro (anatomi) organ dari hewan yang
dipelajari.
Selain
itu ada tujuan yang pemahaman materi mata kuliah Struktur Tubuh Hewan berguna
bagi mahasiswa untuk menempuh mata kuliah pada semester berikutnya, yaitu :
1. Struktur
Jaringan Hewan,
2. Fisiologi
Hewan,
3. Ekologi
Hewan,
4. Embriologi
Hewan,
Bahkan untuk melakukan penelitian dalam rangka
menulis skripsi. Mahasiswa adalah orang dewasa, maka sepatutnyalah dalam proses
pembelajarannya digunakan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa (Purnami
& Rohayati, 2013).
kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak
dari ketergantungan total menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk
mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa
membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan
dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri
(Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi
situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam
suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang
menyenangkan (Thompson & Deis, 2004).
Proses
pembelajaran yang sesuai dengan orang dewasa adalah Experiential Learning (Boyd,
2010).
BAB
II
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model Research and Development yang diadaptasi dari model pengembangan
Borg dan Gall (2003); dan Alessi dan Trollips (2001) dengan 3 tahap yaitu tahap
planning, design dan development.
Pada tahap perencanaan dilakukan analisis kebutuhan
berdasarkan analisis kebutuhan yaitu need assesment dan front-end
analysis. Tahap design dilakukan dengan merancang model pembelajaran
Meksint Korefsi meliputi rancangan terhadap sintak tiap fase dengan
tahapannya masing- masing. Tahap development yaitu merealisasikan design
dalam bentuk model Meksint Korefsi dilengkapi dengan uji apha oleh
ahli model instruksional dan uji betha oleh mahasiswa serta uji lapangan
dan revisi.
Uji
validasi Model Meksint Korefsi melalui 3 tahapan uji, yaitu Alpha
testing, Betha testing dan uji lapangan (Ramadhani, 2013) yaitu :
1. Tahap
pertama: Alpha testing bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mengeliminasi masalah yang mungkin terjadi dalam model yang dihasilkan.
2. Tahap
kedua: Betha testing merupakan tes terhadap model pembelajaran yang
dikembangkan secara keseluruhan untuk menghasikan model pembelajaran akhir yang
lebih sempurna dari proses pengembangan.
3. Tahap
ketiga: Uji lapangan bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model pembelajaran
Meksint Korefsi dalam proses pembelajaran di kelas.
Desain yang digunakan dalam pelaksanaan uji lapangan
adalah quasi eksperimen dengan bentuk pretest posttest control group design dan
data hasil penelitian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif yang diperoleh dari angket dan kuesioner dianalisis dan
dikonversikan ke data kualitatif dengan skala Likert 5 kemudian dideskripsikan
untuk mengetahui kualitas model pembelajaran.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Proses pengembangan model pembelajaran Meksint
Korefsi dalam penelitian ini diawali dengan tahap pertama yaitu perencanaan
(planning) yang dituangkan dalam beberapa langkah. Langkah tersebut
antara lain :
1. menganalisis
tujuan, sumber belajar dan kebutuhan belajar mahasiswa pengikut mata kuliah
STH,
2. menetukan
tujuan umum pengembangan model pembelajaran meksint korefsi yang dikembangkan,
3. menentukan
fase-fase model Meksint Korefsi dan
4. menjabarkan
sintaks dari tiap-tiap fase model Meksint Korefsi.
Tahap
desain adalah mengembangkan tahap perencanaan menjadi desain draf awal model Meksint
Korefsi. Dari hasil analisis tujuan pembelajaran, sumber belajar dan
kebutuhan mahasiswa pengikut mata kuliah STH (Struktur Tubuh Hewan), maka ada
tujuan umum model Meksint Korefsi adalah melatih ketrampilan general
life skill pada mahasiswa. Dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka ada
empat fase utama yang akan diterapkan di dalam model Meksint Korefsi, yaitu:
1.
mengamati dan eksplorasi,
2.
interaksi,
3.
komunikasi, dan
4.
refleksi.
Tujuan dari ke
empat fase tersebut antara lain :
1.
Fase
mengamati dan eksplorasi bertujuan untuk menggali dan melatihkan keterampilan
ilmiah mahasiswa (academic skill). Mengalami dan mengeksplorasi berarti
melibatkan berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba, dan rasa. Kegiatan ini
menuntut mahasiswa mampu mengembangkan ide atau pengalaman melalui invertigasi
lingkungan atas permasalahan yang dihadapi (Keeley, 2011).
2.
Fase
interaksi bertujuan untuk menggali dan melatihkan kecakapan personal (social
skill) dengan (a) melatih keberanian mahasiswa untuk berpendapat ,
menghargai pendapat, menerima ide dan pendapat teman sebaya dalam kelompok; (b)
berlatih menyamakan ide dan pendapat sebagai hasil penelusuran sumber belajar;
(c) meminimalkan kesalahan atau memperkaya dan penyempurnaan ide/pendapat yang
dibangun sebagai hasil penelusuran sumber belajar; dan (d) wahana mahasiswa mengembangkan
kemampuan social (berkomunikasi, menyanggah pendapat teman dan menyampaikan
pendapat secara santun). Fase ini dapat diciptakan dengan cara merancang
kegiatan belajar secara berkelompok, mahasiswa diminta untuk saling menjelaskan
kepada temannya tentang temuannya (Arends, 2008).
3.
Fase
komunikasi bertujuan untuk melatih ketrampilan berkomunikasi mahasiswa (interpersonal
skill).
4.
Fase
refleksi bertujuan untuk melatih mahasiswa untuk mengkonstruk pengetahuan
dengan merefleksi pengetahuan yang telah mereka bangun sendiri.
Langkah
selanjutnya, menjabarkan masing-masing fase dalam sintaks-sintaksnya. Sintaks
dijabarkan berdasarkan 4 fase utama model Meksint Korefsi, yaitu mengamati
dan eksplorasi, interaksi, komunkasi dan refleksi.
1.
Sintaks fase
mengamati dan eksplorasi dengan urutan:
a. dosen memberikan
permasalahan seputar sistem organ pada hewan,
b. mahasiswa
mengamati dan mengeksplorasi sumber belajar yang ada di sekitar lingkungan dan mahasiswa
bisa membawa (benda asli/ hewan percobaan, teks book media non cetak/internet,
web site atau e learning)
c. mahasiswa
mendokumentasikan hasil pengamatan sementara dalam bentuk laporan.
2.
Sintaks
fase interaksi dengan urutan:
a.
mahasiswa
melakukan diskusi dalam kelompok, saling berpendapat dan melontarkan ide
masing-masing yang merupakan hasil ekplorasi sumber belajar di lapangan atas
masalah yang diberikan dan
b.
dosen
memantau proses diskusi dalam kelompok, membantu mahasiswa bila mengalami
kesulitan di tengah diskusi dalam kelompok.
3.
Sintaks
fase komunikasi dengan urutan:
a.
mahasiswa
diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan hasil penelusuran sumber belajar
sebagai pemecahan masalah dihadapan dosen dan kelompok lain sebagai
pengembangan wawasan kearah kebenaran. Keterampilan yang dapat dikembangkan dalam
fase komunikasi adalah kemampuan melakukan presentasi, meminta pendapat/saran/ masukan
atas laporan yang telah dibuat, menghargai pendapat orang lain (dosen/mahasiswa
dari kelompok lain) dan
b.
Dosen
sebagai fasilitator diskusi antar kelompok.
4.
Sintaks
fase refleksi dengan urutan:
a.
Mahasiswa
menyusun laporan final,
b.
Mahasiswa
merefleksi gagasan/ ide/pendapat yang telah diperoleh sebagai hasil proses
belajar mereka. Ketrampilan yang dapat diperoleh mahasiswa adalah melatih kemandirian
dan kepercayaan pada diri sendiri dan
c.
Dosen
sebagai evaluator.
Tahap
pengembangan adalah merealisasikan model Meksint Korefsi dalam bentuk
final untuk divalidasi oleh ahli model pembelajaran biologi dengan berpedoman
pada desain dengan urutan langkah pengembangan sebagai berikut:
1.
menentukan
tujuan dari masing-masing fase utama dalam model Meksint Korefsi dan
2.
menjabarkan
sintaks dari masing-masing fase utama model Meksint Korefsi.
Uji validasi
produk dilakukan dalam 3 tahap yaitu uji alpha, uji betha dan Uji
lapangan.
1.
Uji
alpha merupakan validasi yang dilakukan oleh ahli model pembelajaran.
2. Uji betha dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui keberfungsian model untuk mahasiswa dalam proses
pembelajaran pada perkuliahan STH.
3.
Uji
lapangan (evaluasi sumatif) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan
model Meksint Korefsi yang telah dikembangkan dalam proses pembelajaran.
Dari paparan di
atas, maka pengembangan model pembelajaran Meksint Korefsi layak dijadikan
sebagai salah satu alternatif pilihan model dalam proses pembalajaran karena
1.
Model
pembelajaran yang dikembangkan dilakukan dengan langkah-langkah yang sudah
dibakukan dengan 3 tahap evaluasi yaitu uji alpha oleh ahli pendidikan
biologi, uji betha dan uji lapangan (evaluasi sumatif) oleh mahasiswa;
2. Model pembelajaran
yang dikembangkan memperoleh skor ≥ 3,0 oleh ahli dan mahasiswa sebagai
pengguna;
3. hasil uji t
test antara dua rombel mahasiswa responden uji lapangan diperoleh thitung =
2,94 ≥ ttabel = 2,39 (α = 0,01; n = 60).
4.
pada
uji lapangan diperoleh diperoleh ≥ 76.74% mahasiswa mendapatkan nilai ≥ 71.
Hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan pada hasil belajar
mahasiswa sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Meksint
Korefsi layak digunakan sebagai salah satu alternatif model dalam proses
pembelajaran pada mata kuliah STH (Struktur Tubuh Hewan).
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa model Meksint Korefsi
pada mata kuliah STH yang telah dikembangkan melalui tiga tahap yaitu
perencanaan, desain dan pengembangan dan tiga kali evaluasi yaitu uji alpha,
uji betha dan uji lapangan. Model Meksint Korefsi layak digunakan
sebagai salah satu alternatif pilihan model pembelajaran mata kuliah STH.
DAFTAR
PUSTAKA
Alessi, S. M. &
Trollips, S. R. (2001). Multimedia for Learning: Methods and Development.
Boston: Allyn&Bacon
Arends, R. I.
(Eds). (2008). Learning to Teach (8thed). New York: McGraw-Hill
Publishing Company
Borg, W. R.
& Gall, M. D. (Eds). (1983). Educational Research: An Introduction (Fourth
edition). New York: Longman.
Keeley, P.
(2011). With a Purpose. Science & Children NSTA’s Peer-Reviewed Journal
for Elementary Teachers, 48(9), 22-25.
Magee, P. &
Flessner, R. (2011). Five Strategies to Support All Teachers. Science &
Children NSTA’s Peer-Reviewed Journal for Elementary Teachers, 48(7),
34-36
Muijs, D. &
Reynolds, D. (2008). Effective Teaching: Evidence and Practice. London:
Sage Publications Ltd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar