Sabtu, 05 Mei 2018

jurnal struktur hewan model meksint korefsi



Model Meksint Korefsi dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar pada
Pembelajaran Struktur Tubuh Hewan

The Model of Meksint Korefsi with Jalajah Alam Sekitar Approach for Learning in The Animal Structure

DEWI NURUL ASIYAH
1503001
Jurusan Biologi, STKIP Tunas Palapa Lampung Tengah

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model meksint korefsi dengan pendekatan Jalajah Alam Sekitar pada pembelajaran Struktur Tubuh Hewan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif kegiatan perkuliahan Struktur Tubuh Hewan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research& Development dengan tahapan sebagai berikut: planning, design, dan development dengan 2 tahap evaluasi yaitu: uji alpha, uji betha, dan uji lapangan. Hasil uji alpha pada model pembelajaran meksint korefsi oleh ahli pembelajaran biologi memperoleh skor
sebesar 3.13 dan hasil uji betha oleh mahasiswa sebagai pengguna memperoleh skor sebesar 3.64. Hasil uji t test antara dua rombel mahasiswa responden uji lapangan diperoleh thitung= 2.94 ≥ ttabel= 2.39 (α = 0.01; n = 60). Dengan demikian model meksint korefsi dengan pendekatan Jalajah Alam Sekitar layak digunakan sebagai salah satu alternatif pilihan model pembelajaran dalam proses perkuliahan Struktur Tubuh Hewan, sehingga disarankan perlu adanya proses diseminasi model tersebut.

Abstract
The purpose of the study was to develop the meksint korefsi model with Jelajah Alam Sekitar* approach in the Animal Anatomy, for the alternative model in Animal Anatomy lecture. This is a Research and Development, with the following stages: planning, design and development with three stages of evaluation are: alpha testing, beta testing, and field testing. Alpha test results on the learning model meksint korefsi by expert of instructional biologists with scores was 3.13 and beta test results by the students as users gain score of 3.64. Field test results were analyzed by t-test statistical tvalue = 2.94 ≥ ttable = 2.39 (α = 0:01, n = 60). The result showed that the meksint korefsi model with Jelajah Alam Sekitar* approach was a feasible model in the learning of Animal Anatomy, so it was suggested to disseminate this model.

Kata Kunci :Maksin Korefsi, pengembangannya dan pembelajarannya.

BAB 1
PENDAHULUAN

Mata kuliah Struktur Tubuh Hewan mempelajari struktur makro dari organ dan sistem organ yang dimiliki oleh hewan, utamanya hewan Vertebrata. Sistem organ hewan yang dipelajari terdiri dari integumen, skeleton, muskularis, digesti, sirkulasi, ekskresi, respirasi, reproduksi, saraf, dan endokrin dengan tujuan membekali mahasiswa dengan pengetahuan tentang berbagai organ penyusun sistem organ yang dimiliki oleh hewan dengan pendekatan makro, artinya banyak melibatkan alat bantu pengamatan objek.
Model pembelajaran Meksint Korefsi yang dikembangkan dalam penelitian ini berakar pada :
1.       kebutuhan mahasiswa terkait dengan keberhasilan mereka mencapai tujuan pembelajaran pada Mata Kuliah Stuktur Tubuh Hewan,
2.      karakteristik mahasiswa sebagai orang dewasa yang proses pembelajarannya harus berpedoman pada teori pembelajaran andragogi dan
3.      sumber belajar yang begitu beragam ditawarkan di lingkungan belajar mahasiswa.

Cara berpikir yang diterapkan dalam proses pembelajaran Struktur Tubuh Hewan adalah
berpikir secara deduktif, berangkat dari hal yang bersifat umum (makro/morfologi) dalam rangka untuk memahami hal yang bersifat mikro (anatomi) organ dari hewan yang dipelajari.

Selain itu ada tujuan yang pemahaman materi mata kuliah Struktur Tubuh Hewan berguna bagi mahasiswa untuk menempuh mata kuliah pada semester berikutnya, yaitu :
1.      Struktur Jaringan Hewan,
2.      Fisiologi Hewan,
3.      Ekologi Hewan,
4.      Embriologi Hewan,

Bahkan untuk melakukan penelitian dalam rangka menulis skripsi. Mahasiswa adalah orang dewasa, maka sepatutnyalah dalam proses pembelajarannya digunakan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa (Purnami & Rohayati, 2013).

kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan (Thompson & Deis, 2004). Proses pembelajaran yang sesuai dengan orang dewasa adalah Experiential Learning (Boyd, 2010).

BAB II
METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Research and Development yang diadaptasi dari model pengembangan Borg dan Gall (2003); dan Alessi dan Trollips (2001) dengan 3 tahap yaitu tahap planning, design dan development.
Pada tahap perencanaan dilakukan analisis kebutuhan berdasarkan analisis kebutuhan yaitu need assesment dan front-end analysis. Tahap design dilakukan dengan merancang model pembelajaran Meksint Korefsi meliputi rancangan terhadap sintak tiap fase dengan tahapannya masing- masing. Tahap development yaitu merealisasikan design dalam bentuk model Meksint Korefsi dilengkapi dengan uji apha oleh ahli model instruksional dan uji betha oleh mahasiswa serta uji lapangan dan revisi.

Uji validasi Model Meksint Korefsi melalui 3 tahapan uji, yaitu Alpha testing, Betha testing dan uji lapangan (Ramadhani, 2013) yaitu :
1.      Tahap pertama: Alpha testing bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi masalah yang mungkin terjadi dalam model yang dihasilkan.
2.      Tahap kedua: Betha testing merupakan tes terhadap model pembelajaran yang dikembangkan secara keseluruhan untuk menghasikan model pembelajaran akhir yang lebih sempurna dari proses pengembangan.
3.      Tahap ketiga: Uji lapangan bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model pembelajaran Meksint Korefsi dalam proses pembelajaran di kelas.

Desain yang digunakan dalam pelaksanaan uji lapangan adalah quasi eksperimen dengan bentuk pretest posttest control group design dan data hasil penelitian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dari angket dan kuesioner dianalisis dan dikonversikan ke data kualitatif dengan skala Likert 5 kemudian dideskripsikan untuk mengetahui kualitas model pembelajaran.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses pengembangan model pembelajaran Meksint Korefsi dalam penelitian ini diawali dengan tahap pertama yaitu perencanaan (planning) yang dituangkan dalam beberapa langkah. Langkah tersebut antara lain :
1.      menganalisis tujuan, sumber belajar dan kebutuhan belajar mahasiswa pengikut mata kuliah STH,
2.      menetukan tujuan umum pengembangan model pembelajaran meksint korefsi yang dikembangkan,
3.      menentukan fase-fase model Meksint Korefsi dan
4.      menjabarkan sintaks dari tiap-tiap fase model Meksint Korefsi.

Tahap desain adalah mengembangkan tahap perencanaan menjadi desain draf awal model Meksint Korefsi. Dari hasil analisis tujuan pembelajaran, sumber belajar dan kebutuhan mahasiswa pengikut mata kuliah STH (Struktur Tubuh Hewan), maka ada tujuan umum model Meksint Korefsi adalah melatih ketrampilan general life skill pada mahasiswa. Dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka ada empat fase utama yang akan diterapkan di dalam model Meksint Korefsi, yaitu:
1.      mengamati dan eksplorasi,
2.      interaksi,
3.       komunikasi, dan                    
4.      refleksi.

Tujuan dari ke empat fase tersebut antara lain :

1.      Fase mengamati dan eksplorasi bertujuan untuk menggali dan melatihkan keterampilan ilmiah mahasiswa (academic skill). Mengalami dan mengeksplorasi berarti melibatkan berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba, dan rasa. Kegiatan ini menuntut mahasiswa mampu mengembangkan ide atau pengalaman melalui invertigasi lingkungan atas permasalahan yang dihadapi (Keeley, 2011).
2.      Fase interaksi bertujuan untuk menggali dan melatihkan kecakapan personal (social skill) dengan (a) melatih keberanian mahasiswa untuk berpendapat , menghargai pendapat, menerima ide dan pendapat teman sebaya dalam kelompok; (b) berlatih menyamakan ide dan pendapat sebagai hasil penelusuran sumber belajar; (c) meminimalkan kesalahan atau memperkaya dan penyempurnaan ide/pendapat yang dibangun sebagai hasil penelusuran sumber belajar; dan (d) wahana mahasiswa mengembangkan kemampuan social (berkomunikasi, menyanggah pendapat teman dan menyampaikan pendapat secara santun). Fase ini dapat diciptakan dengan cara merancang kegiatan belajar secara berkelompok, mahasiswa diminta untuk saling menjelaskan kepada temannya tentang temuannya (Arends, 2008).
3.      Fase komunikasi bertujuan untuk melatih ketrampilan berkomunikasi mahasiswa (interpersonal skill).
4.      Fase refleksi bertujuan untuk melatih mahasiswa untuk mengkonstruk pengetahuan dengan merefleksi pengetahuan yang telah mereka bangun sendiri.

Langkah selanjutnya, menjabarkan masing-masing fase dalam sintaks-sintaksnya. Sintaks dijabarkan berdasarkan 4 fase utama model Meksint Korefsi, yaitu mengamati dan eksplorasi, interaksi, komunkasi dan refleksi.
1.       Sintaks fase mengamati dan eksplorasi dengan urutan:
a.       dosen memberikan permasalahan seputar sistem organ pada hewan,
b.      mahasiswa mengamati dan mengeksplorasi sumber belajar yang ada di sekitar lingkungan dan mahasiswa bisa membawa (benda asli/ hewan percobaan, teks book media non cetak/internet, web site atau e learning)
c.       mahasiswa mendokumentasikan hasil pengamatan sementara dalam bentuk laporan.
2.      Sintaks fase interaksi dengan urutan:
a.       mahasiswa melakukan diskusi dalam kelompok, saling berpendapat dan melontarkan ide masing-masing yang merupakan hasil ekplorasi sumber belajar di lapangan atas masalah yang diberikan dan
b.      dosen memantau proses diskusi dalam kelompok, membantu mahasiswa bila mengalami kesulitan di tengah diskusi dalam kelompok.
3.      Sintaks fase komunikasi dengan urutan:
a.       mahasiswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan hasil penelusuran sumber belajar sebagai pemecahan masalah dihadapan dosen dan kelompok lain sebagai pengembangan wawasan kearah kebenaran. Keterampilan yang dapat dikembangkan dalam fase komunikasi adalah kemampuan melakukan presentasi, meminta pendapat/saran/ masukan atas laporan yang telah dibuat, menghargai pendapat orang lain (dosen/mahasiswa dari kelompok lain) dan
b.      Dosen sebagai fasilitator diskusi antar kelompok.
4.      Sintaks fase refleksi dengan urutan:
a.       Mahasiswa menyusun laporan final,
b.      Mahasiswa merefleksi gagasan/ ide/pendapat yang telah diperoleh sebagai hasil proses belajar mereka. Ketrampilan yang dapat diperoleh mahasiswa adalah melatih kemandirian dan kepercayaan pada diri sendiri dan
c.       Dosen sebagai evaluator.

Tahap pengembangan adalah merealisasikan model Meksint Korefsi dalam bentuk final untuk divalidasi oleh ahli model pembelajaran biologi dengan berpedoman pada desain dengan urutan langkah pengembangan sebagai berikut:
1.      menentukan tujuan dari masing-masing fase utama dalam model Meksint Korefsi dan
2.      menjabarkan sintaks dari masing-masing fase utama model Meksint Korefsi.

Uji validasi produk dilakukan dalam 3 tahap yaitu uji alpha, uji betha dan Uji lapangan.
1.      Uji alpha merupakan validasi yang dilakukan oleh ahli model pembelajaran.
2.      Uji betha dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberfungsian model untuk mahasiswa dalam proses pembelajaran pada perkuliahan STH.
3.      Uji lapangan (evaluasi sumatif) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan model Meksint Korefsi yang telah dikembangkan dalam proses pembelajaran.

Dari paparan di atas, maka pengembangan model pembelajaran Meksint Korefsi layak dijadikan sebagai salah satu alternatif pilihan model dalam proses pembalajaran karena
1.      Model pembelajaran yang dikembangkan dilakukan dengan langkah-langkah yang sudah dibakukan dengan 3 tahap evaluasi yaitu uji alpha oleh ahli pendidikan biologi, uji betha dan uji lapangan (evaluasi sumatif) oleh mahasiswa;
2.      Model pembelajaran yang dikembangkan memperoleh skor ≥ 3,0 oleh ahli dan mahasiswa sebagai pengguna;
3.      hasil uji t test antara dua rombel mahasiswa responden uji lapangan diperoleh thitung = 2,94 ≥ ttabel = 2,39 (α = 0,01; n = 60).
4.      pada uji lapangan diperoleh diperoleh ≥ 76.74% mahasiswa mendapatkan nilai ≥ 71.

Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan pada hasil belajar mahasiswa sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Meksint Korefsi layak digunakan sebagai salah satu alternatif model dalam proses pembelajaran pada mata kuliah STH (Struktur Tubuh Hewan).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa model Meksint Korefsi pada mata kuliah STH yang telah dikembangkan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, desain dan pengembangan dan tiga kali evaluasi yaitu uji alpha, uji betha dan uji lapangan. Model Meksint Korefsi layak digunakan sebagai salah satu alternatif pilihan model pembelajaran mata kuliah STH.       


DAFTAR PUSTAKA

Alessi, S. M. & Trollips, S. R. (2001). Multimedia for Learning: Methods and Development. Boston: Allyn&Bacon

Arends, R. I. (Eds). (2008). Learning to Teach (8thed). New York: McGraw-Hill Publishing Company

Borg, W. R. & Gall, M. D. (Eds). (1983). Educational Research: An Introduction (Fourth edition). New York: Longman.

Keeley, P. (2011). With a Purpose. Science & Children NSTA’s Peer-Reviewed Journal for Elementary Teachers, 48(9), 22-25.

Magee, P. & Flessner, R. (2011). Five Strategies to Support All Teachers. Science & Children NSTA’s Peer-Reviewed Journal for Elementary Teachers, 48(7), 34-36

Muijs, D. & Reynolds, D. (2008). Effective Teaching: Evidence and Practice. London: Sage Publications Ltd

1 komentar:

  1. Sultan Casino & Resort | Shootercasino
    Sultan Casino & Resort offers 2100 slot 제왕카지노 machines, 50 table 1xbet korean games, and a wide variety of table งานออนไลน์ games. Experience the allure of the Sultan Casino in

    BalasHapus