Kamis, 17 Mei 2018

jurnal perkembangan hewan (induksi kejutan suhu 360 C terhadap perkembangan embrio dan keberhasilan poliploidisasi katak



Jurnal Penelitian Stkip

INDUKSI KEJUTAN SUHU 360 C TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO DAN KEBERHASILAN POLIPLOIDISASI KATAK
(Rana cancrivora)

Dewi nurul asiyah
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP Tunas Palapa Lampung Tengah


Abstrak
Poliploidi pada katak Rana cancrivora dapat dilakukan dengan memberikan kejutan suhu. Hal yang perlu diperhatikan dalam perlakuan kejutan suhu pada telur adalah waktu awal kejutan, suhu kejutan dan lama kejutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji pengaruh kejutan suhu 360C terhadap perkembangan embrio, dan keberhasilan poliploidisasi katak R. cancrivora. Penelitian dlakukan di Laboratorium Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kejutan suhu 360 C pada telur yang fertilisasi memberikan pengaruh terhadap perkembangan embrio katak R. cancrivora yaitu pada perlakuan D (45 menit setelah fertilisasi). Namun pemberian kejutan suhu 360C tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap keberhasilan poliploidisasi katak R. cancrivor

Kata Kunci :
PERKEMBANGAN EMBRIO DAN KEBERHASILAN POLIPLOIDISASI KATAK



PENDAHULUAN

Amphibi memiliki berbagai peranan penting bagi kehidupan manusia, yakni peranan ekologis maupun ekonomis. Amphibi memakan serangga sehingga dapat membantu keseimbangan ekosistem terutama dalam pengendalian populasi serangga. Selain itu, amphibi juga dapat berfungsi sebagai bio-indikator bagi kondisi lingkungan karena amphibi memiliki respon terhadap perubahan lingkungan. Peranan amphibi dari segi ekonomis dapat ditinjau dari pemanfaatan amfibi untuk kepentingan konsumsi.
Katak juga memiliki kandungan protein yang tinggi sebesar 16,4 gram per 100 gram daging katak. Selain itu katak juga mengandung serat, mineral dan vitamin yang tinggi (Susilo dan Rahmat, 2010). Karena adanya kelebihan dari katak tersebut, tidak mengherankan bila permintaan katak dari negara-negara tersebut tiap tahunnya terus meningkat. Ini merupakan peluang yang sangat besar bagi negara kita untuk meningkatkan ekspor, sebagai sumber devisa Negara yang berasal dari komoditas nonmigas (Arie, 1999).

R. cancrivora merupakan satu dari lima jenis katak yang dikonsumsi di Indonesia. Katak ini juga banyak dijumpai di Sumatera Barat. Kelebihan katak ini diantaranya daging katak mengandung protein hewani yang cukup tinggi ,limbah katak yang tidak dipakai sebagai bahan makanan manusia dapat dipakai untuk ransum binatang ternak, seperti itik dan ayam.
populasi katak di alam sudah menurun. Untuk mengatasi hal tersebut sudah dilakukan budidaya katak, namun ada beberapa kendala yang ditemukan diantaranya pertumbuhannya lambat, ukurannya kecil, waktu panen lama, sangat tergantung kepada alam dan memerlukan makanan alami yang bergerak sehingga sulit dibudidayakan (Arie, 1999).

Kekurangan itu dapat diatasi dengan cara bagaimana menghasilkan individu yang ukurannya besar dan cepat pertumbuhannya. Salah satu cara manipulasi kromosom adalah dengan poliploidi. Poliploidi dapat dilakukan dengan memberi perlakuan suhu. Kejutan suhu selain murah dan mudah, juga efisien dapat dilakukan dalam jumlah banyak (Rustidja, 1991). Komen (1990) menyatakan, suhu panas lebih efektif untuk mencegah terlepasnya polar body II.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam perlakuan kejutan suhu pada telur, yaitu waktu awal kejutan, suhu kejutan, dan lama kejutan (Don dan Avtalion, 1986). Nilai parameter tersebut berbeda untuk setiap spesies (Pandian dan Varadaraj, 1988).

Poliploidisasi adalah suatu metoda manipulasi kromosom dari diploid (2n) menjadi jumlah kromosom yang lebih tinggi triploid, tetraploid, pentaploid dan seterusnya (Sistina, 2000).


BAHAN DAN METODE

Alat :
Alat yang digunakan adalah :
1.      petridish,
2.      spatula,
3.      pipet tetes,
4.      aquarium 30x30x30cm3,
5.      lempeng kaca 15x15cm2
6.      jarum suntik, sarung tangan, pipet tetes,
7.      objek gelas, objek gelas cekung, cover gelas, hot plate,
8.      termometer suhu, mikroskop stereo, mikroskop binokuler,
9.      alat bedah, senter, saringan,
10.  gelas ukur kimia 250ml,
11.  bulu ayam,
12.  box staining,
13.  camera digital.
14.  Bahan yang digunakan adalah induk katak R. cancrivora jantan dan betina matang kelamin, NaCL fisiologis 0,9%, Aceto Orcein, Kolkisin, Metylen Blue, Asam Asetat Glasial, Etanol, AgNO3, Gelatin, Gliserin, Asam Formiat, Alkohol 96%,
15.  Aquades, minyak Imersi dan bayam (untuk pakan berudu).

Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebagai perlakuan adalah kejutan suhu panas 36á´¼C selama 10 menit yang diperlakukan pada telur setelah difertilisasi dan dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu :
1.      Perlakuan A: Tanpa perlakuan kejutan suhu (kontrol)
2.       Perlakuan B : Telur 15 menit setelah fertilisasi
3.      Perlakuan C : Telur 30 menit setelah fertilisasi
4.       Perlakuan D : Telur 45 menit setelah fertilisasi
5.      Perlakuan E : Telur 60 menit setelah fertilisasi

Masing-masing perlakuan dilakukan 3 kali ulangan dengan jumlah telur untuk tiap-tiap perlakuan adalah sebanyak 50 butir (Modifikasi dari penelitian Fischberg, 1958).

Prosedur Penelitian
Katak Rana cancrivora jantan dewasa dicirikan dengan adanya kantung suara berwarna coklat kemerah-merahan pada bagian leher dan katak betina dewasa dilihat dari keberadaan telur pada bagian abdomen katak (hitam pada bagian abdomen).

Hipofisasi Buatan
Katak R. cancrivora jantan yang telah dewasa sebanyak 20 ekor diambil kelenjar hipofisanya, kemudian hipofisa yang telah diambil ditaruh di dalam petridish yang telah diberi beberapa tetes larutan garam fisiologis (NaCL) yang telah diencerkan 10 kali. Setelah itu dilakukan pencacahan hipofisa dan setelah merata diambil beberapa ml dan diinjeksikan ke rongga peritoneal 4 ekor katak betina dewasa yang sedang bertelur (pada bagian perut tampak adanya telur) dan katak tersebut dimasukkan ke dalam bak penetasan. Setelah 8 jam dilakukan lagi penyuntikan hipofisa ke rongga peritoneal katak dan ditaruh kembali ke dalam bak penetasan. 4 ekor katak jantan dewasa juga diberi suntikan kelenjer hipofisa untuk merangsang pematangan sel sperma. Setelah 3-4 jam dilakukan proses pengurutan atau stripping induk katak betina pada bagian abodomennya.

Fertilisasi Buatan
Setelah penyuntikan terhadap 4 ekor katak betina, katak betina akan mengeluarkan telurnya. Telur yang dikeluarkan ditampung dalam petridish dan diurutkan bagian perut katak betina sehingga seluruh telur bisa dikeluarkan. Disamping itu disiapkan larutan sperma dengan mencacah testis dari 4 ekor induk katak jantan dan setelah dicacah dalam petridish maka ditambahkan larutan NaCL 0,9 %. Setelah itu larutan sperma dipipet teteskan langsung diatas telur yang sudah ditampung dalam petridish (usia 0 jam fertlisasi) dan dilakukan perlakuan kejutan suhu 36C selama 10 menit untuk masing-masing perlakuan.


Kejutan suhu
Setelah difertilisasi, petridish yang berisi telur diberi kejutan suhu dengan cara menaruhnya diatas hotplat yang berisi air dengan suhu 36á´¼C selama 10 menit dengan masing-masing perlakuan (kontrol/ tanpa perlakuan, 15 menit setelah fertilisasi, 30 menit setelah fertilisasi, 45 menit setelah fertilisasi, 60 menit setelah fertilisasi (masing-masing perlakuan dengan jumlah telur 50 butir dan dengan 3 kali ulangan). Setelah itu telur disebarkan kedalam aquarium 30x30x30cm3 untuk pemeliharaan larva dan diberi beberapa ml Metylen Blue untuk pencegah jamur. Selama pemeliharaan (30 hari), larva diberi pakan daun bayam yang telah direbus dan digerus. Pada akhir pemeliharaan (30 hari) dilakukan pengamatan poliploidisasi katak dengan melihat jumlah kromosom katak R. cancrivora.

Pengamatan Poliploidisasi
Ekor berudu dipotong kira-kira 1,5 cm dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam barulah dipotong lagi ekor berudu dan dimasukkan potongan ekor kedalam larutan kolkisin dan hipotonik (larutan garam 0,8% dan ditambah kolkisin 0,1%) selama 1 jam. Setelah itu larutan dihisap dan ditetesi dengan Aceto Orcein selama 25 menit dan barulah potongan ekor tadi diletakkan diatas objek glas dan di squash dan dilakukan penghitungan kromosom dibawah mikroskop dan difoto.

Parameter Uji dan Analisis Data
Parameter uji adalah melihat proses dan tahap perkembangan embrio dan mencatat waktu tahap perkembangan, yang nantinya akan dibandingkan pada masing-masing perlakuan. Parameter uji yang lainnya adalah analisis ploidisasi dengan melihat jumlah kromosom katak R.

Bila didapatkan perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjut DNMRT pada taraf 5%.
(Induksi Poliploid) IP
=jumlah katak poliploid : jumlah kata sampel
= x 100% (Mukhti et all, 2001).



HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Embrio Berdasarkan penelitian yang telah telah didapatkan tahapan-tahapan perkembangan embrio katak Rana cancrivora pada berbagai macam perlakuan kejutan suhu 36ºC pada telur yang difertilisasi. Pengaruh kejutan suhu 360C terhadap perkembangan embrio katak R.

cancrivora dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada tabel 1. dapat dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan embrio katak R. cancrivora berbeda-beda pada masing-masing perlakuan kejutan suhu 360C.

Pelakuan yang menunjukkan waktu yang paling cepat untuk proses perkembangan embrio katak R. cancrivora adalah pada perlakuan D (45 menit setelah fertilisasi) sedangkan pada perlakuan B, perlakuan C perlakuan E dan perlakuan A (kontrol) proses perkembangan embrio berjalan lambat.

Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari kejutan suhu pada masing-masing waktu setelah fertilisasi terhadap perkembangan embrio katak F. cancrivora, banyaknya kuning telur dan tipe telur katak. Perkembangan embrio dipengaruhi oleh banyaknya kuning telur.

Lama pengeraman telur katak tergantung pada spesies dan beberapa faktor luar. Suhu merupakan faktor penting dalam mempengaruhi proses perkembangan embrio, daya tetas telur dan kecepatan penyerapan kuning telur. (Satyani, 2007).

Terbentuknya daerah Gray crescent merupakan awal untuk proses pembelahan (Gambar 1A).
1.      Proses pembelahan pada telur katak R. cancrivora terjadi setelah 1 jam fertilisasi. Pada perlakuan D waktu yang dibutuhkan untuk pembelahan 2 adalah 1 jam namun pada perlakuan lainnya membutuhkan waktu lebih dari 1 jam. Pada proses pembelahan 1 dihasilkan 2 sel atau 2 blastomer yang sama besar pada kutub animal sedangkan pada kutub vegetal belum berlangsung proses pembelahan Gambar 1B), hal ini disebabkan oleh banyaknya yolk yang terdapat pada kutub vegetal dari telur katak.
2.      proses pembelahan ke 2 merupakan proses pembelahan menghasilkan 4 sel/blastomer (Gambar 1 C). Pada perlakuan D waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pembelahan 4 sel adalah 1 jam, sedangkan pada perlakuan lain lebih lambat dari perlakuan D.

Setelah tahapan blastula maka embrio memasuki tahapan selanjutnya yaitu tahapan Gastrula. Pada perlakuan D embrio katak R. cancrivora membutuhkan waktu 9 jam untuk mencapai tahap gastrula. Gastrula pada embrio katak dimulai dari sisi dorsal embrio dan pada daerah ini terbentuk celah blastoporus (Gambar 2 A).

Proses perkembangan selanjutnya adalah Neurulasi yang merupakan tahapan pembentukan bumbung saraf (neural tube). Pada perlakuan D membutuhkan waktu 10.30 jam setelah fertilisasi untuk tahap neurulasi awal dan 12 jam setelah fertilisasi untuk tahap neurula akhir. Pada perlakuan A (kontrol) membutuhkan waktu 14 jam untuk proses neurula awal dan 16,50 jam untuk proses neurula akhir.

Setelah proses Neurulasi selesei maka embrio katak akan memasuki tahap selanjutnya yaitu tahap Organogenesis. Pada tahap organogenesis (pembentukan otak) ini perlakuan yang menunjukkan proses perkembangan paling cepat masih pada perlakuan D yaitu dengan waktu 19 jam.

Pada tahap organogenesis terjadi proses perkembangan dari lapisan lembaga ektoderm, mesoderm dan endoderm. Perkembangan lapisan ektoderm akan membentuk sistem saraf, otak dan mata. dengan proses pembentukan jantung dan sistem sirkulasi (Gambar 4C). Induksi Ploidisasi. Poliploidi pada katak R. cancrivora dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 1.   Waktu perkembangan embrio setelah diberi kejutan suhu 360 C selama 10 menit
Tahapan



Waktu perkembangan (jam)
                          A
             B
                   C
          D
      E
2 sel
1,30
1,10
1,18
1,00
1,27
4 sel
2,00
1,15
1,20
1,15
1,24
Morula
3,15
2,15
2,30
2,00
2,40
Blastula
8,00
6,15
6,35
6,00
7,05
Gastrula
11,00
9,17
9,45
9,00
10,00
Neurula awal
14,00
10,45
11,00
10,30
11,26
Neurula akhir
16,50
12,20
13,00
12,00
13,25
Kuncup ekor
24,00
20,00
20,40
19,00
21,33
Haching
81,00
73,00
75,20
67,30
78,30

















Gbr 1.Tahapan Perkembangan Embrio. A.Telur yang sudah difertilisasi. B. Tahap pembelahan 2 sel. C. Tahap pembelahan 4 sel. D. Tahap pembelahan 32 sel. E. Tahap pembelahan 64 sel (Morula). F. Tahap pembelahan 128 sel (Blastula). Ket : a (kutub animal), b (kutub vegetal), c (Gray Crescent). Perbesaran 40x10.
 

Gbr 2. Tahapan Gastrulasi. A. Gastrulasi awal (pembentukan bibir dorsal). B dan C Pembentukan Yolk Plug (sumbat yolk). Ket: a (bibir dorsal), b (sumbat yolk). Perbesaran 40x10

 
Gbr 3.Tahapan Neurulasi. A. Pembentukan Neural Plate (keping saraf). B. Pembentukan Neural Groove (lipatan saraf ). C. Pembentukan Neural Tube (bumbung neural). Ket: a (penebalan ektoderm membentuk neural plate), b (neural groove), c (neural fold) dan d (neural tube). Perbesaran 40x10

Gbr 4. Tahap Organogenesis. A. Pembentukan otak dan Tail Bud awal. B dan C. Pembentukan Tail Bud akhir (Gill Sirculation dan Elongasi). Ket: a (otak primitif), b (tail bud), c (gill sirculation), d (ekor). Perbesaran 40x10
Gbr 4. Tahap Organogenesis. A. Pembentukan otak dan Tail Bud awal. B dan C. Pembentukan Tail Bud akhir (Gill Sirculation dan Elongasi). Ket: a (otak primitif), b (tail bud), c (gill sirculation), d (ekor). Perbesaran 40x10





Tabel 2. Jumlah poliploidi pada katak R. cancrivora Perlakuan




Ulangan


Jumlah Individu
2n


Jumlah Individu
Poliploid
A
1
2
3
15
15
15
0
0
0
B
1
2
3
15
15
15
0
0
0
C
1
2
3
15
15
15
0
0
0
D
1
2
3
15
15
15
0
0
0
E
1
2
3
15
15
15
0
0
0

Dari tabel 2 diketahui bahwa induksi kejutan suhu 360 C terhadap katak R. cancrivora pada waktu yang berbeda setelah fertilisasi selama 10 menit tidak satupun dari perlakuan didapatkan individu yang poliploidi. Semua individu katak R. cancrivora baik perlakuan B, C, D dan E tidak ada yang menunjukkan jumlah kromosom yang lebih dari 2n (diploid). Tidak ditemukannya individu katak R. cancrivora poliploid (triploid dan tetraploid) dikarenakan oleh waktu pemberian kejutan dan lama kejutan yang kurang tepat. Untuk individu triploid kejutan suhu diberikan agar mampu mencegah terjadinya pelepasan polar body II, namun dari penelitian tidak didapatkan individu yang triploid.
Hal ini diduga karena waktu pemberian kejutan dan lama kejutan yang kurang tepat. Kadi (2007) menyatakan bahwa proses triploid pada ovum dimaksudkan untuk mencegah atau menahan peloncatan polar body II dari ovum. Sedangkan untuk individu tetraploid kejutan suhu diberikan untuk mampu mencegah terjadinya proses pembelahan I, namun hal ini juga tidak ditemukan karena waktu pemberian kejutan dan lama kejutan yang kurang tepat.
Gambar 5. Penyebaran kromosom pada perlakuan C dan D yang memperlihatkan jumlah kromosom diploid (2n).

Dari gambar di atas terlihat bahwa jumlah kromosom pada katak R. cancrivora masih diploid (2n) dan tidak menunjukkan adanya jumlah kromosom yang poliploid.




KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Induksi Kejutan Suhu 36C terhadap Perkembangan Embrio dan Keberhasilan Poliploidisasi Katak R. cancrivora maka didapatkan kesimpulan bahwa :
Pemberian Induksi Kejutan Suhu 360 C selama 10 menit dengan waktu yang berbeda-beda setelah fertilisasi berpengaruh terhadap perkembangan embrio katak R. cancrivora. Semua perlakuan lebih cepat waktunya daripada perlakuan tanpa kejutan suhu (kontrol) dan yang paling cepat waktunya adalah pada perlakuan D (45 menit setelah fertilisasi).
Pemberian Induksi Kejutan Suhu 36C tidak berpengaruh terhadap poliploidisasi katak R. cancrivora, karena tidak ditemukan individu yang poliploid untuk masing-masing perlakuan. Berdasarkan penelitian disarankan agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan pengamatan dari rentang waktu awal fertilisasi sampai terjadinya pembelahan pertama yaitu 1,30 jam setelah fertilisasi.


DAFTARPUSTAKA

Arie, Usni. (1999). Pembibitan dan Pembesaran Bullfrog. Penebar Swadaya

Don, J., Avtalion RR. (1986). The Induction of Triploidy in Oreochromis aureus by Heat Shock. Theor.Appl. Genet, 72 : 186-192.

Fischberg, M. (1958). Experimental Tetraploidy in Newts. Journal Embriol. Exp. Morph. Vol. 6, Part 3,pp. 393-402.

Komen J, (1990). Clones of Common Carp, Cyprinus carpio. New Perspectives in Fish Research. Thesis. Agricultural University. Wageningen. 1–44.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar